Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stres Sebabkan ASI Kering?

Kompas.com - 10/11/2010, 11:36 WIB

Kompas.com - Konsumsi ASI untuk bayi telah terbukti memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi bayi, termasuk dalam kondisi darurat atau bencana.  Dibandingkan dengan susu lain, ASI aman, bersih, dan mengandung zat-zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit. Itu sebabnya para ibu di lokasi pengungsian bencana disarankan untuk tetap menyusui bayinya.

Akan tetapi ada beberapa mitos yang mengurangi rasa percaya diri ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya. Empat mitos yang paling banyak beredar adalah:

Stres sebabkan ASI kering
Meski stres berat atau rasa takut dapat menyebabkan terhentinya aliran ASI, namun keadaan ini biasanya hanya sementara, sebagaimana reaksi fisiologis lainnya. Bukti menunjukkan bahwa menyusui dapat menghasilkan hormon yang dapat meredakan ketegangan, memberi ketenangan pada ibu dan bayi serta menimbulkan ikatan yang erat antara ibu dan anak.

Ibu dengan kekurangan gizi tidak mampu menyusui
Ibu menyusui harus mendapat makanan tambahan agar bisa menyusui dengan baik dan mempunyai kekuatan untuk merawat anaknya yang lebih besar. Bila kondisi gizi ibu sangat buruk, pemberian susu formula disertai alat bantu menyusui diharapakan bisa meningkatkan produksi ASI.

Bayi yang diare membutuhkan air atau teh
Kandungan air dalam ASI mencapai 90 persen, karena itu pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan diare biasanya tidak membutuhkan cairan tambahan seperti air gula atau teh. Apalagi dalam situasi bencana air seringkali terkontaminasi. Pada kasus diare berat, cairan oralit (yang diberikan lewat cangkir) mungkin dibutuhkan disamping ASI.

Sekali berhenti menyusui, tidak dapat menyusui lagi
Sekalipun bayi sudah mendapat susu formula, ibu tetap dapat menyusui kembali dengan teknik relaktasi dan dukungan yang tepat.

Sumber: Rekomendasi Pemberian Makan Bayi pada Situasi Darurat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com