Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Repotnya Membesarkan Si Kembar

Kompas.com - 20/12/2010, 17:08 WIB

KOMPAS.com - Menyaksikan anak kembar senantiasa terbit rasa gemas. Namun, di balik segala kelucuannya, bagi sang orangtua bukanlah perkara mudah untuk membesarkan si kembar. Perlu energi ekstra dan siasat tersendiri.

Perjuangan pasangan Prima Sehanputri (39) dan Alief Yahya (41) selama delapan tahun untuk memperoleh seorang anak berbuah anak kembar. Pasangan ini malah memperoleh anak kembar, perempuan dan laki-laki, Melina Shafa Yahya (3) dan Marvin Dzaky Yahya (3), melalui metode bayi tabung.

Ketika si kembar lahir, Prima mengaku cukup santai. Pasangan ini tinggal bersama ibu dari Prima, Tuty Danus Sehan (62), yang berpengalaman membesarkan adik Prima yang kembar, Twino Muhammad Iqbal atau Wino (33) dan Twino Widya Iskandar atau Widi (33). Sebab itu, hingga kini si kembar Melina dan Marvin dirawat tanpa pengasuh.

”Mama, kan, malah lebih pengalaman mengurus anak kembar. Karena sudah menunggu (momongan) lama, bawaannya enjoy aja,” kata Prima, yang juga tetap bekerja.

Meski begitu, kerepotan ekstra tetap dialami Prima, khususnya soal menyusui. ”Mereka menyusu setiap 2-3 jam. Kalau bangunnya enggak kompak, saya bisa bangun tiap jam untuk menyusui. Tapi jarang, seringnya yang satu selesai, yang satu pas bangun,” tutur Prima.

Berbeda dengan Prima, pasangan Vivi Zabkie (35) dan Teguh Nugroho (36) agak cemas tak sanggup mengurus dua bayi sekaligus. Vivi dan Teguh juga mendapatkan si kembar melalui metode bayi tabung setelah delapan tahun menunggu momongan. Kini, sepasang bayi kembar mereka, Adlan Kumara dan Senandung Dara, berusia sembilan bulan.

Ketika si kembar hadir, Vivi menambah jatah cuti melahirkannya yang tiga bulan dengan satu bulan cuti di luar tanggungan perusahaan. Sementara Teguh yang kontraknya dengan World Bank berakhir memutuskan tidak mencari pekerjaan dulu demi membantu Vivi mengurus bayi.

Meski begitu, Vivi sempat amat kelelahan dan bergadang saban malam pada tiga bulan pertama. Untuk mandi saja, Vivi sering tidak sempat. Bahkan, untuk makan pun Vivi harus disuapi. ”Saya sering nangis tengah malam karena capek sekali. Kalau sudah begitu, Teguh mengambil alih mengurus bayi,” cerita Vivi, yang sempat mengalami baby blues.

Hidup terpisah
Kembar dua saja sudah repot, bagaimana lebih dari dua? Ini dialami pasangan Daelami Ahmad (36) dan Tuti Alawiyah (34), warga Serang, Banten. Pasangan ini tahun 2000 dikaruniai anak kembar tiga, dua bayi lelaki, yaitu Dimas dan Fakih, serta bayi perempuan, Alaida. Kerepotan yang dialami Tuti juga seputar menyusui. ”Pokoknya siapa yang menangis duluan, itu yang diberi ASI. Jadi, saya seperti digilir saja hehehe....” katanya.

Karena kesulitan mendapatkan pengasuh yang cocok, Tuti dan ketiga bayinya akhirnya hijrah dan tinggal di rumah orangtua Daelami di Banyuwangi, Jawa Timur. Setahun kemudian, Tuti kembali pulang ke Tangerang, Banten (tempat tinggalnya ketika itu) dengan membawa satu bayi saja, Alaida. Sementara Dimas dan Fakih ditinggalkannya di Banyuwangi untuk diasuh mertua dan kerabatnya hingga usia enam tahun. Jadilah sejak itu si kembar harus hidup terpisah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com