Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siasat untuk Mengasuh Si Kembar

Kompas.com - 20/12/2010, 17:23 WIB

KOMPAS.com - Kebutuhan fisik si kembar memang serba kembar. Biaya yang dikeluarkan selalu dobel, apalagi kembar lebih dari dua. Untuk menyiasati biaya, pasangan  Vivi Zabkie (35) dan Teguh Nugroho (36) tak ragu untuk menerima lungsuran perlengkapan bayi bekas, seperti kereta, boks, kursi makan, juga baju. Vivi juga rajin mengamati promosi popok sekali pakai yang tengah diskon.

”Kalau ada, kami langsung ke supermarket dan memborong popok untuk keperluan beberapa bulan sekaligus sebab pengeluaran untuk popok itu yang paling besar,” ujar Vivi.

Begitu pula dengan pasangan Daelami Ahmad (36) dan Tuti Alawiyah (34), warga Serang, Banten, yang dikaruniai anak kembar tiga. Demi mengantisipasi kebutuhan biaya yang serentak, mereka sejak dini telah menabung untuk pendidikan ketiga anak kembarnya kelak. Rencananya, tiga anak itu akan dikirim ke pendidikan SMP di sebuah pesantren di Ciamis, Jawa Barat. Lalu, mereka akan dimasukkan ke SMA di Jember, Jawa Timur.

”Kami sudah survei. Di sana lingkungan dan lembaga pendidikannya kami anggap cocok,” kata Daelami.

Memahami karakter
Memahami karakter si kembar sejak dini juga penting bagi orangtua untuk lebih memudahkan interaksi ketika mereka remaja dan dewasa kelak. Dalam hal ini, pengalaman Prima Sehanputri (39) memiliki adik kembar setidaknya menjadi bekal yang cukup berharga baginya dalam merawat anak kembarnya kini. Salah satu hal yang dipahami Prima, anak kembar memiliki dunianya sendiri yang terkadang tak dapat dipahami pihak lain sekalipun masih saudara kandungnya.

”Mereka itu satu sama lain seperti punya friends for life. Amat dekat, melebihi dengan saudara kandung lainnya ataupun mungkin orangtuanya,” tutur Prima.

Meski begitu, berdasarkan pengalamannya sebagai kakak dari sepasang adik kembarnya yang berasal dari satu telur, yakni Wino (33) dan Widi (33), masih ada celah untuk menembus dunia si kembar. ”Kita amati, dari si kembar itu pasti ada salah satu yang bisa didekati untuk jadi pintu masuknya. Si kembar itu seperti dua (sosok) tapi satu,” tutur Prima.

Hal itu juga dibenarkan Tuty Danus (62). Anak kembarnya, Wino dan Widi, cenderung hidup di dunia mereka sendiri dan tak mudah terbuka dengan anggota keluarga lainnya. Ketika Wino bersekolah di SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah, Widi tetap bersekolah di Jakarta.

”Saat itu, barulah mereka lebih lebur dengan anggota keluarga yang lain, lebih banyak bicara. Sebelumnya, soal yang sederhana, seperti mata mereka ternyata sudah minus saja, enggak ngomong kepada orangtua,” cerita Tuty.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com