Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tempe Penyambung Kehidupan

Kompas.com - 27/12/2010, 11:04 WIB

KOMPAS.com - Data yang dikumpulkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan, sejak tahun 2004, angka kasus malnutrisi di Indonesia menurun, namun masih dalam golongan tinggi. Angka prevalensi anak malnutrisi Indonesia dengan tingkat pendapatan kotor per kapita (GDP) mencapai 42 persen. Ini masih memprihatinkan, apalagi jika dibandingkan dengan Srilanka, yang GDP-nya di bawah Indonesia, angka prevalensi malnutrisi anaknya hanya 18 persen.

Nyatanya, meski sudah 65 tahun merdeka, kesehatan anak dan ibu hamil di Indonesia masih menjadi tugas yang perlu dibenahi lebih lanjut. Memang, dalam beberapa hal sudah terjadi perbaikan, namun keberhasilan menahan laju penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi dan balita (AKB & AKABA) di Indonesia masih lebih rendah dibanding negara lain. Kebanyakan masalah ini terjadi di daerah-daerah berekonomi rendah dan sulit digapai tenaga medis. Salah satu saluran yang bisa menjadi "alat" untuk menekan angka kematian anak dan ibu adalah bidan.

"Menjadi bidan membutuhkan dedikasi dan tanggung jawab besar, sekitar 60 persen kelahiran di Indonesia dibantu oleh bidan. Seringkali mereka diminta melakukan begitu banyak tugas yang di luar tanggung jawab mereka. Tak jarang, mereka diminta melewati bukit-bukit, menaiki sampan, dan medan berat lainnya untuk sampai ke pasien mereka," ujar Boris Bourdin, Presiden Direktur PT Sari Husada saat malam penghargaan Srikandi Award 2010, di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (21/12/2010).

Beberapa waktu lalu, PT Sari Husada dan Ikatan Bidan Indonesia menggelar sebuah acara bertajuk Srikandi Award, ajang untuk apresiasi bidan lewat dedikasi mereka kepada masyarakat sekitar tempat mereka bekerja. Salah seorang bidan yang mendapatkan apresiasi tersebut adalah Debora Harmi, bidan asal Semarang, Jawa Tengah. Ini program yang ia jalankan untuk membantu angkat kesehatan ibu dan anak di wilayah sekitarnya.

Gasem Sari, Semarang, Jawa Tengah adalah sebuah daerah kumuh di tengah kota Semarang. Mayoritas penduduknya miskin dan hanya bekerja sebagai buruh serabutan. Hal ini menyebabkan orang tua tidak mampu memberikan nutrisi yang layak bagi anaknya. Dari pantauan bidan Debora Harmi yang bertugas di daerah Gasem Sari, terdapat 3 balita gizi buruk, 8 balita tergolong gizi kurang, dan 11 ibu dari ekonomi kurang mampu yang bersedia untuk dibina.

Melihat kondisi ini, beliau menginisiasikan program wirausaha tempe dan penanganan gizi. Selain bisa memperbaiki gizi masyarakat, tempe yang dihasilkan pun bisa dijual untuk menambah pemasukan keluarga.
Program dimulai dengan sosialisasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan kepada warga, monitoring gizi ibu dan bayi serta pemberian multivitamin dan makanan tambahan (PMT) sebulan sekali. Bidan Debora juga mengadakan penyuluhan mengenai balita dan pelatihan memasak bagi para ibu di Garem Sari. Para warga yang kurang mampu juga diajarkan mengenai kebersihan pribadi dan kesehatan lingkungan serta kewirausahaan pembuatan tempe.

Dari 4 bulan pelaksanaan program, terbukti 11 orang balita mengalami peningkatan gizi. Sebanyak 10 orang ibu dari keluarga miskin yang mendapatkan pelatihan wirausaha tempe kini memiliki pemasukan ekonomi yang dapat meringankan beban keluarga. Atas peran bidan Debora dalam membantu meningkatkan ekonomi dan kesehatan di Garem Sari, yang selaras dengan Millenium Development Goals 4 (menurunkan angka kematian bayi), bidan Debora mendapatkan apresiasi sebagai juara pertama Srikandi Award 2010 untuk angka kematian anak (Millenium Development Goals 4).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com