Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tina Andrean: Tantangan Gaun Pengantin

Kompas.com - 03/03/2011, 11:59 WIB

KOMPAS.com - Dua puluh lima tahun sudah Tina Andrean bergelut di dunia desain busana pengantin. Bukan waktu yang singkat untuk membangun nama di bidang bridal. Istri dari pengusaha salon dan restoran, Johnny Andrean ini mengungkapkan tantangan yang ia hadapi dalam mendesain busana pengantin.  

Busana pengantin merupakan busana yang harus dipikirkan masak-masak sebelum dibeli atau dikenakan. Saat mengenakan busana itulah seorang perempuan akan mengucap ikrar untuk menjalani hidup sebagai istri seorang pria. Saat mengenakan pakaian itu semua mata undangan hari pernikahan akan menatapnya. Setiap mempelai wanita pasti sangat menunggu bisa mengenakan busana pengantin dan menjadi "ratu sehari". Dalam busana itu juga, si mempelai akan dipotret dan foto tersebut akan dipajang terus. Bukan hal mudah bagi seorang perancang untuk bisa memenuhi tantangan itu, belum lagi selera setiap mempelai wanita berbeda.

"Tak mudah, lho mendesain busana pengantin, karena kainnya kan itu-itu saja, warnanya putih, krem, atau champagne dari bahan yang tak jauh dari sifon, silk, tafeta, dan lainnya menjadi gaun pengantin yang indah dan unik," jelas Tina Andrean saat konferensi pers The Art of Renaissance di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa, 2 Maret 2011.

Untuk mendesain sebentang kain yang serupa menjadi busana yang personal dan antik selama 25 tahun berkarya, Tina Andrean memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan. "Saya mencari inspirasi dari jalan-jalan, banyak membaca, menggali berbagai sources, dan menyaksikan tayangan-tayangan pengetahuan bersama suami saya. Mendesain satu warna yang sama menjadi berbagai rupa desain adalah hal yang sulit. Tetapi justru hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk saya, yang membuat adrenalin saya tinggi," jelas Tina sambil tersenyum.

Seperti tahun ini, untuk koleksi Tina Andrean Wedding 2011, bertema The Art of Renaissance, Tina mencari inspirasi dari perpindahan desain seni di tahun 1400-1600, yang tadinya antik klasik ke arah modern. Yang tadinya detail sulit menjadi lebih modern atau natural dan menonjolkan kecantikan perempuan.

Kesulitan itu dipandang sebagai tantangan tersendiri buat Tina, karena ia merasa pekerjaannya ini membuatnya bahagia bisa berkarya, apalagi bisa menyentuh seseorang, "Beberapa waktu lalu, ada seorang ibu dan anak perempuannya datang ke tempat saya. Si ibu cerita sama saya, dulu dia menggunakan baju pengantin Tina Andrean saat menikah 25 tahun lalu. Sekarang, anaknya sudah dewasa dan akan menikah, si ibu membawa anaknya ke tempat saya. Hal-hal seperti ini yang membuat saya makin semangat, sudah 2 generasi saya berkarya, sebuah compliment dan menjadi kebahagiaan untuk saya. Saya betah karena filosofi seniman, yang merasa hidup saat berkarya dan mencintai pekerjaannya."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com