Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peran Orangtua Mendampingi Anak Menghadapi Tes

Kompas.com - 22/04/2011, 18:21 WIB

KOMPAS.com - Saya tidak pernah ragu, begitu kata para orangtua. Akan tetapi, saat anak membutuhkan perasaan bahwa ia mendapat dukungan penuh dari orangtuanya, diterima dengan penuh cinta atas kelebihan dan kekurangannya, orangtua justru menularkan kecemasan pada anak. Bagaimana kalau ia tidak lulus tes atau tidak naik kelas? Bagaimana kalau ujian negaranya tidak lulus? Catatannya sudah lengkap atau belum?

Selain faktor IQ, anak juga membutuhkan kondisi ideal agar sukses belajar. Kondisi ideal didapatkan anak jika orangtua menanamkan nilai positif tentang pendidikan anak, memberi perhatian dan imbalan yang tepat dari setiap upaya anak, pendampingan yang penuh kasih tidak disertai tuntutan dan penekanan.

Berbaik sangka, bersikap positif, bersikap, berkata dan berperilaku baik
Segala hal yang dikemas dengan negatif, pasti akan mengedepankan "pesan" negatifnya lebih dahulu sebelum inti pesan positifnya tertangkap oleh anak. Anak akan mudah tergoyahkan rasa percaya dirinya, bila mendapati bahwa prestasinya tak sebaik anak lainnnya. Maka, jangan menakut-nakuti anak, mengkondisikan bahwa kalau tak pandai takkan jadi orang.

Memotivasi, mendampingi dan mendukung anak

Tugas orangtua terkait dengan upaya mempersiapkan anak menyonsong masa depan adalah dengan memotivasi, mendampingi dan mendukung anak.

* Ketika anak tidak memenuhi harapan, orangtua sibuk menyalahkan orang lain atau hal lain di luar dirinya. Bukankah saat kita menunjuk keluar, tiga jari otomatis tertuju pada diri?

* Kadang kita kurang menyadari bahwa tugas orangtua bukanlah memaksakan apa yang dianggap kebenaran sebagai hasil pengalaman. Tugas orangtua justru memfasilitasi anak agar menemukan kebenaran melalui pengalamannya sendiri.

* Kenalkan anak pada cara belajar efektif. Mengulang pelajaran yang tadi diberikan guru. Membuat intisari dari tiap bab yang telah dilalui. Berdiskusi mengenai kaitan pelajaran dengan kehidupan nyata.

* Biasakan berorientasi pada proses dan tidak hanya berorientasi pada hasil akhir. Anak perlu memperoleh reward atas usahanya, tidak melulu reward pada hasil akhir yang ia peroleh.

* Jangan jadikan gengsi Anda sebagai acuan untuk menilai kemajuan dan keberhasilan pendidikan anak. Di dalam gengsi ada unsur harapan dan keinginan yang merupakan "show off" Anda, bukan pengakuan atas kelebihan dan kekurangan anak Anda.

* Emosi itu menular, maka biasakan untuk membuat diri Anda berpikir, bersikap, berperilaku positif. Dengan begitu energi yang memancar dari diri Anda juga terserap oleh anak.

Berikan anak haknya

Anak tetap butuh bermain, bergembira bersama teman sebaya. Anak berhak memiliki hobi dan peluang menampilkan diri di bidang lain di luar prestasi akademiknya. Bila anak punya bakat gitar berikan kesempatan bermain di pentas sekolah. Dengan begitu anak menumbuhkan rasa percaya dirinya. Pada akhirnya, anak juga akan lebih percaya diri dalam belajar.

Sebagai orangtua, tak ada kata lelah, putus asa, apalagi lengah mengenai berbagai hal terkait dengan anak. Antusiasme dan sikap ceria orangtua akan memberikan rasa aman dan nyaman pada anak dalam mengeksplorasi dirinya. Ini semua adalah landasan kokoh bagi tumbuhnya kesadaran mandiri dalam diri orangtua untuk mengoptimalkan potensi anak. (Rieny Hasan, Pengasuh Rubrik Psikologi Tabloid Nova)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com