Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Lawangsewu sebagai Kritik Sosial

Kompas.com - 06/07/2011, 10:03 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com — Ada yang mencolok dalam seremonial peresmian Purna Pugar Lawangsewu, Selasa (5/7/2011). Agenda yang dilanjutkan dengan pameran kerajinan Jawa Tengah ini nyaris semua pejabatnya mengenakan batik semarang dengan motif Lawangsewu Ngawang.

Padu padan warna hijau emerald dengan coklat soga khas batik seakan meruntuhkan konvensi bahwa pejabat selalu mengenakan warna partai penguasa.

Namun, yang lebih menarik, mencermati motif yang diciptakan Umi S Adisusilo, seorang perajin batik dari Sanggar Batik Semarang 16. Dalam motif tersebut, digambarkan Gedung Lawangsewu sedang mengangkasa di antara awan.

"Itu motif saya ciptakan tahun 2006 dan sudah mendapatkan Haki. Karena tergolong batik kontemporer, saya padukan dengan pola megamendung dari Jawa Barat," kata Umi.

Pola Lawangsewu mengangkasa ini merupakan terjemahan situasi saat itu, di mana tahun 2006, gedung tua yang dibangun tahun 1904 dengan arsitek dari belanda, Prof Jacob K Klinkhamer dan BJ Ouendag, ini tampak sia-sia. Sementara itu, pada saat yang sama, Pemerintah Kota Semarang menjadikan gedung utama NIS (Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij) sebagai ikon kota.

"Keinginan menjadikan isu Lawangsewu sebagai arus utama seakan hanya berada di awang-awang. Lahirlah motif itu," tutur Umi. Umi S Adisusilo adalah seorang seniman batik terdepan di Semarang. Saat ini karyanya telah lebih dari 700 motif dan semuanya sudah didaftarkan Haki.

Dengan diluncurkannya motif itu lima tahun lalu, diharapkan pemerintah segera menangani bangunan bersejarah untuk melestarikan dan merevitalisasi bangunan itu. Dan, hal itu direspons dengan baik oleh pemerintah melalui pemugaran Gedung Lawangsewu serta pemanfaatannya agar bangunan itu tak lagi mangkrak.

Motif Lawangsewu sebenarnya telah menghasilkan beberapa varian, hanya saja motif Lawangsewu Ngawang seakan menjadi masterpiece di Sanggar Batik Semarang 16, bersama motif Asem Arang, Merak Njeprak, Merak Mangu, dan beberapa motif lain.

Sanggar batik yang diawali dari sebuah rumah tinggal ini merupakan embrio lahirnya batik semarang kontemporer tahun 2000-an. Sanggar itu pula yang memberikan pelatihan dalam upaya menghidupkan/revitalisasi kampung batik semarang. Dari berbagai pelatihan yang dikerjakan, saat ini Semarang memiliki beberapa perajin.

"Motif-motif kami biasanya lahir dari riset yang cukup komprehensif. Jadi, bukan asal menggambar berdasarkan imajinasi saja sehingga kami bisa bercerita mengenai dongeng di balik motif itu," kata Umi.

Ani Yudhoyono mengenakan motif Lawangsewu Ngawang bukan tanpa sebab. Ny Sri Bibit Waluyo, istri Gubernur Jateng, yang memilih untuk seragam pejabat yang hadir. Ia langsung memilih motif itu begitu melihat komposisinya. Lawangsewu Ngawang adalah motif batik bernuansa kritik sosial, tetapi pejabat sekelas Menbudpar Jero Wacik dan bahkan Ibu Negara ternyata tak alergi mengenakannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com