Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dian Sastro: "Saya Tidak Tertarik Politik"

Kompas.com - 08/07/2011, 09:05 WIB

KOMPAS.com - Nama Dian Sastrowardoyo mulai mengisi dunia layar sejak berperan dalam film Ada Apa dengan Cinta?. Namun, wajah dan kiprahnya tidak berhenti di situ. Tidak melulu sebagai artis yang berbakat atau sebagai dan model, Dian juga sukses menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Dian bersama sejumlah rekannya kini aktif di Yayasan Dian Sastrowardoyo. Yayasan berfokus di tiga bidang, yakni pemberdayaan perempuan, pendidikan dasar, dan mendukung kelestarian budaya Indonesia. ”Sebisa mungkin dalam menjalankan kegiatan kami memakai medium seni dan menjalin kerja sama dengan pihak lain,” katanya.

Untuk memuaskan keingintahuan masyarakat mengenai aktivitasnya saat ini, Dian menjawab sejumlah pertanyaan kiriman pembaca.

Mengapa Anda sekarang banyak melakukan kegiatan sosial? Apa yang menjadi keinginan Anda? (Maria Chrisnatalia, Tangerang)
Jawabannya sederhana, setelah beberapa tahun menjalani pekerjaan sebagai pekerja seni, saya dan tim manajemen sadar bahwa selama ini kami banyak diberi kemudahan, di antaranya jejaring yang lumayan luas, akses ke media dan beberapa pihak lain. Akhirnya, kami memutuskan untuk memanfaatkan kemudahan itu untuk berbagi dengan orang lain. Ternyata, karena beberapa kemudahan yang kami miliki itu, aktif secara sosial jadi bukan hal yang susah dilakukan.

Alasan apa yang mendasari penggunaan nama Dian Sastrowardoyo pada yayasan yang Mbak gagas? (Birul, Jember)
Keputusan memakai nama saya sebagai nama yayasan adalah keputusan bersama. Awalnya, saya sangat menentang nama saya dipakai di yayasan. Namun, kemudian diterangkan bahwa penggunaan nama tersebut lebih untuk memudahkan kami saat menjalin kerja sama dengan pihak ketiga, kebanyakan dengan program CSR dari berbagai perusahaan. Jadi, saya akhirnya menerimanya.

Selain sebagai artis, saudari adalah dosen filsafat. Apa hubungan dan peranan filsafat bagi kegiatan keseharian di dunia hiburan? Bagaimana pendapat saudari tentang suatu stigma kemalasan berpikir dan ketidakilmiahan para artis Indonesia? (Gusti Tetiro, Jakarta)
Walaupun saya pernah berkecimpung di dunia filsafat dan pengajaran, waktu itu saya menjadi asisten dosen dan itu pun hanya dua semester. Jadi, saya ralat, saya bukan dosen, ya. Pelajaran filsafat yang saya dapat ternyata menjadi bekal yang baik saat terjun ke dunia hiburan. Pada saat saya mempelajari sebuah skenario dan karakterisasi tokoh, saya mencoba untuk menganalisis dengan kerangka berpikir logis yang diajarkan di dunia filsafat.

Saya tidak tahu dari mana stigma itu berasal. Menurut saya, tidak adil menempelkan satu label ke sebuah profesi di mana opini atau stigma itu terbentuk karena perbuatan beberapa individu saja. Saya pribadi lebih suka disebut sebagai seorang pekerja seni daripada artis dan tidak ingin membatasi diri dalam satu bidang saja sehingga bisa masuk ke belakang layar, menulis, atau menjadi produser juga.

Latar belakang pendidikan Mbak Dian adalah ilmu filsafat. Adakah penerapan serta manfaatnya terhadap kehidupan Mbak Dian, baik pribadi maupun sosial? (Agustiningsih Lestari, Depok)
Saat kuliah di filsafat, kami diajari untuk bisa berpikir logis dan tidak bisa hanya berdasarkan opini atau pendapat semata. Segala sesuatu harus dicek lagi dasar-dasar rasionalnya. Kalau sesuatu itu enggak masuk akal, hal itu enggak bisa disuguhkan secara formal. Suatu teori itu baru bisa dikatakan sahih karena argumentasinya harus bisa dipertanggungjawabkan secara akademis, bukan hanya melantur-melantur.

Buat saya, itu adalah bekal dalam kehidupan sehari-hari sehingga saya bisa menjadi orang yang lebih masuk akal, kali ya. Jadi, saat berdiskusi, saya mencoba untuk tidak langsung menerima sebuah opini yang dilontarkan, tetapi selalu mencoba untuk punya pendapat sendiri yang bisa saya pertanggungjawabkan secara argumentatif dan logis. Begitu juga dalam mencerna pendapat orang lain, itu pun harus bisa dikaji logis atau tidaknya.

Sebagai seorang (calon) ibu, sudah terbayangkah apa saja yang akan Anda lakukan kelak setelah anak Anda lahir? Dengan kesibukan Anda sekarang dan mungkin juga nanti, pernahkah terlintas di benak Anda untuk aktif di ranah politik? (M Fauzan Azima, Yogyakarta)
Sekarang saya lagi deg-degan menjalani minggu-minggu terakhir sebelum melahirkan. Yang pasti saya berpikir, setelah anak saya lahir, saya ingin menjadi ibu yang baik dan tetap aktif di berbagai pekerjaan yang saya geluti. Untuk bidang politik, sampai sekarang saya tidak tertarik untuk terjun ke politik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com