Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Tiket buat Pencandu Konser

Kompas.com - 21/07/2011, 18:44 WIB

KOMPAS.com - Namanya M Ryan Novianto (23). Laki-laki bertubuh subur itu nyaris selalu hadir di semua konser -terutama konser band asing- di Indonesia. Dia adalah pencandu konser yang barangkali sudah dalam tahap kronis. Bayangkan, tahun 2010 ada 50-an konser band/artis yang dia tonton. Tahun 2011 dia telah menonton sekitar 20 konser, mulai Java Jazz, Stone Temple Pilots, MGMT, Suede, dan Far East Movement.

”Pokoknya, kalau gua suka sama satu band, ke mana aja dia main, gua akan kejar termasuk ke negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura,” ujar Ryan yang bulan ini telah mengagendakan menonton Festival Java Rockin’land di Ancol yang dihadiri banyak band asing.

Ryan pertama kali menonton konser musik tahun 1996 ketika berusia sembilan tahun. Kebetulan si ”Raja Pop” Michael Jackson main di Singapura. ”Gua senang banget bisa nonton konser itu. Gua bisa cerita dengan bangga kepada teman-teman,” ujarnya.

Seiring dengan waktu, Ryan kian kecanduan nonton konser. Puncaknya ketika dia duduk di bangku SMA dan awal masa kuliah. Setiap tahun dia bisa menghabiskan Rp 2 juta untuk menonton 4-5 konser band asing bersama teman-temannya. Itu belum termasuk pengeluaran untuk hotel dan pesawat jika menonton konser di luar negeri. ”Kalau pengeluaran untuk nonton band lokal, enggak pernah gua hitung,” kata Ryan.

Pencandu konser seperti Ryan kian banyak jumlahnya di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia. Aditya (21), misalnya, rajin hadir di konser besar ataupun kecil. ”Tahun ini saja sudah 10 kali nonton konser termasuk konser Suede,” ujar mahasiswi Universitas Indonesia itu.

Perempuan bertubuh mungil itu tidak hanya menonton di Jakarta, melainkan juga di luar kota. ”Kami bela-belain naik kereta api dan nginap di rumah teman supaya bisa nonton konser,” katanya diikuti tawa.

Kenapa mencandu konser? Ryan merasa senang luar biasa setiap berada di tengah suasana konser. ”Gua bisa jingkrak-jingkrak, teriak-teriak. Pokoknya gua benar-benar merasakan euforia. Kalau sampai band favorit main di Indonesia dan gua enggak nonton, nyeselnya enggak ketulungan,” ujarnya.

Itu pernah terjadi tahun 1996. Ketika itu Ryan gagal menonton Greenday di Jakarta. ”Untungnya mereka main di Singapura tahun 2010. Tanpa pikir panjang gua langsung beli tiketnya dan nonton di sana,” ujarnya.

Menjadi komunitas dan bisnis
Para pencandu konser itu berhubungan satu sama lain. Mereka membentuk komunitas-komunitas yang memudahkan untuk bertukar informasi soal konser, membahas band favorit mereka, hingga menggagas konser musik sendiri.

Ryan bersama temannya, Dimas Wisnuwardoyo, mendirikan komunitas di dunia maya bernama JakartaConcerts.com tahun 2007. Dengan cepat komunitas concert goers itu berkembang hingga beranggotakan 4.000 orang. Komunitas itu juga memiliki akun Twitter @JakartaConcerts dengan pengikut puluhan ribu orang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com