Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muda dan Seksi dalam Balutan Batik Encim

Kompas.com - 11/10/2011, 17:24 WIB

KOMPAS.com - Berawal dari kecintaannya terhadap batik sejak bangku Sekolah Menegah Pertama, Rachmani Endrawati mewujudkan hobinya dengan membangun label batik Nila Kandi. Kecenderungan memilik batik encim yang dipilihnya pun karena ia memang sangat menyukai motif batik encim yang ramai, dan penuh warna yang menarik.

Endi, demikian sapaan akrab perempuan kelahiran Surabaya, 1 Oktober 1961 ini, membuat batik Nila Kandi identik dengan gaya seksi. Dengan cara ini, ia ingin menjelaskan kepada masyarakat umum bahwa batik cocok dan pantas dipakai oleh kalangan usia manapun, di mana pun, dan dalam acara apa pun.

"Rasanya akan lebih oke kalau desainnya juga menunjukkan keseksian wanita yang memakainya. Yang pasti tetap pantas dikenakan, dan enak dilihat," tutur Endi, seperti dikutip Tabloid Nova.

Endi, yang semula seorang ibu rumah tangga biasa, awalnya memang tidak berniat terjun untuk berbisnis. Niatnya hanya mengoleksi busana dan kain batik saja. Namun, rasa bosan yang melanda membuatnya iseng mendesain busana batik. Niatnya tersebut didukung penuh oleh sang suami yang berkebangsaan Inggris, David Cheadle. Tahun 2007, Endi mulai membuka tempat usaha di Kuta, Bali.

Hingga sekarang, Endi telah memiliki 10 gerai dan butik yang tersebar di Jakarta (antara lain di Alun-Alun Grand Indonesia), Bali, Serpong (Pendopo Alam Sutera), dan Bandung (Alun-Alun Paris van Java). Ia mengincar kalangan menengah ke atas dan pasar ekspatriat. Sayangnya, butik pertama yang dibukanya di Kuta saat ini sudah tutup. Hal ini disebabkan kesibukannya di Jakarta yang menuntut perhatian, dan menyebabkan butik di Kuta jadi tak terurus.

"Lagipula biaya sewanya mahal sekali, 200 juta rupiah setahun. Siapa yang sanggup?" selorohnya pada Kompas Female, usai tampil dalam acara Arisan Plus dalam tayangan televisi KOMPAS di Studio Orange, Palmerah, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Endi tak berniat merendahkan diri. Meskipun tanpa promosi, lini busana Nila Kandi (dari bahasa Sansekerta yang artinya "langit biru") yang ditawarkan dengan harga mulai Rp 25.000 hingga Rp 1,5 juta tersebut telah menghasilkan omzet antara Rp 30-75 juta per bulan. Kapasitas produksinya dalam sebulan baru mencapai 100 barang, termasuk aksesori seperti tas, sepatu, serta pernak-pernik lainnya seperti taplak meja dan tatakan gelas.

Perempuan enerjik ini memang tidak berniat memproduksi barang secara massal. Ia mengutamakan eksklusivitas bagi para pelanggannya. Sebagai contoh, satu model busana hanya diproduksinya sebanyak 10 buah, dan semuanya disebar ke semua outlet-nya. Sepuluh busana tersebut juga dibuat dengan warna yang berbeda-beda, sehingga tidak ada baju yang sama persis.

Hal tersebut tentu mengharuskan Endi memikirkan betul bagaimana konsep bisnisnya. Ia juga mengatur seluruh perencanaan hingga distribusi barangnya. Ia masih ragu mempercayakan bisnisnya pada orang lain, karena khawatir mereka tak dapat memahami dan menangkap keinginannya dengan tepat.

Endi memang boleh dibilang single fighter dalam menjalankan bisnis batiknya. Semua proses produksi berada dalam tanggung jawabnya secara langsung, dari mencari bahan baku hingga loading barang di beberapa outlet-nya di pusat perbelanjaan terkenal di Jakarta dan Bandung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com