Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye Melawan Eksploitasi Seksual Anak

Kompas.com - 18/10/2011, 13:38 WIB

KOMPAS.com - Kebutuhan ekonomi yang tinggi kerap membuat orangtua melemparkan sebagian tanggungjawabnya untuk mencari penghasilan terhadap anaknya. Anak-anak yang tumbuh besar di jalanan ini tak jarang menjadi korban eksploitasi anak, khususnya dalam hal sosial.

"Banyak alasan yang menyebabkan anak-anak untuk mau melakukan seks, misalnya faktor ekonomi, kurangnya pendidikan, dan untuk bisa bertahan hidup," ungkap Ahmad Sofian, koordinator nasional ECPAT Indonesia, saat launching "Laporan Pemantauan Global: Memonitor Status Aksi Melawan ESKA di Indonesia 2011" di Hotel Ibis, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/10/2011).

Sampai saat ini kasus human trafficking yang melibatkan anak dihadapi oleh hampir semua negara. Yang memprihatinkan, semakin tahun kasus perdagangan manusia semakin tinggi karena lemahnya posisi hukum yang dilakukan pada pelaku penjualan dan pemerkosaan terhadap anak-anak.

"Sebagian besar penyebabnya karena belum ada peraturan khusus bagi pelanggaran eksploitasi anak, terutama anak di bawah umur, sehingga pelaku belum ditindak dengan tegas. Yang ada hanya (tindakan hukum) untuk perdagangan (manusia) secara umum, sehingga membuat anak menjadi sedikit terlupakan," tukas Ahmad.

Untuk membantu pemerintah menanggulangi kasus-kasus eksploitasi anak, ECPAT bekerjasama dengan KPPPA dan The Body Shop melakukan berbagai penelitian tentang eksploitasi anak. Tim ini memonitor perkembangan aksi melawan eksploitasi anak agar terbebas dari jeratan perdagangan manusia serta perkosaan anak.

"Banyak cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan proyek eksploitasi anak ini, misalnya dengan memperkuat undang-undang, memperbaiki koordinasi lintas sektoral, dan lainnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menolong ribuan anak Indonesia yang terjebak dalam eksploitasi seksual sehingga mereka akan menikmati haknya secara wajar," tukas Ahmad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com