Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Langkah Mengatasi Anak Berkata Kasar

Kompas.com - 27/10/2011, 08:57 WIB

KOMPAS.com - Pada umumnya, anak usia prasekolah belum memahami benar arti kata yang ia ucapkan. Anak juga belum memahami apakah kata-kata itu pantas atau tidak pantas untuk diucapkan. Ketika anak mengatakan kata kasar atau kotor, bukan bermaksud memaki, tetapi semata-mata hanya sekadar meniru.

Psikolog, Maesera Idul Adha, Psi dari RS Fatmawati Jakarta mengatakan perilaku suka meniru melekat pada anak usia prasekolah. Apa yang dilihat atau didengar di lingkungannya akan ditiru anak. Begitu ada sesuatu yang baru di lingkungan, termasuk kata kasar atau jorok, akan cepat diadposinya. Kemampuan anak prasekolah memelajari hal baru berkembang dengan pesar. Anak begitu bersemangat mengekplorasi berbagai hal di lingkungan.

Tentunya orangtua tak boleh berdiam diri. Orangtua perlu meluruskan sikap atau perilaku anak agar tidak menimbulkan hal negatif lain. Apalagi jika anak menganggap, mengucapkan kata kasar dan kotor adalah hal biasa saja. Berikut langkah bijak yang bisa diambil para orangtua untuk mengatasinya:

1. Awasi dan dampingi anak saat bermain.

Boleh saja menghindari lingkungan yang "mengesahkan budaya" mengucap kata-kata yang tak pantas. Namun Anda tak bisa terus menerus "mensterilkan" lingkungan anak. Lambat laun akan ada pengaruh dari lingkungan luar yang tidak sesuai dengan nilai positif yang ditanamkan di rumah.Sulit untuk mencegah hal ini terjadi. Yang bisa Anda lakukan adalah, dengan sabar dan telaten menjelaskan kepada anak bahwa kata-kata kasar dan kotor itu tidak pantas untuk diucapkan.

2. Tak perlu marah.
Berusahalah bersikap wajar dan tidak memarahi anak. Jangan mendramatisasi keadaan. Kemarahan terkadang justru membingungkan anak dan bukan menjadi cara efektif untuk mencegah anak tidak mengucapkan kembali kata kasar dan jorok tersebut.

Dalam beberapa kasus, anak yang kurang mendapat perhatian, justru akan mengulangi hal yang tidak disukai orangtua agar ia dimarahi. Baginya, dimarahi orangtua menjadi salah satu bentuk perhatian.

3. Jelaskan arti katanya.

Coba tanyakan pada anak apa maksudnya mengucapkan kata tersebut. Mungkin ia tak bisa menjelaskannya. Artinya ia memang tidak paham apa arti kata kasar dan jorok tersebut, dan belum sadar kalau kata-kata itu dapat menyakiti orang lain.

Tugas orangtua adalah menggali pemahaman anak mengenai kata tersebut dan mencari tahu alasan ia melontarkannya, lalu meluruskan perilaku yang tak pantas tersebut.

4. Bimbing dan arahkan.

Jangan mudah menyerah jika anak sudah dinasihati, namun tetap mengulang kata-kata tak pantas itu. Tugas orangtua adalah membimbing dan mengarahkan buah hati secara terus menerus.

5. Buat kesepakatan.
Bila anak masih saja mengulangi kata kasar dan kotor, meski sudah dinasihati berulang kali, buatlah kesepakatan. Berikan hukuman yang disepakati bersama, namun jangan memberikan hukuman fisik.

Bentuk hukuman yang disarankan bagi anak usia prasekolah adalah time-out. Anak diminta duduk diam di pojok ruangan selama tiga menit atau tegaskan bahwa Anda tidak mau berbicara dengan anak selama tiga menit.

6. Jeli mencari penyebabnya.
Orangtua harus jeli mencari penyebab anak makin senang menggunakan kata kasar dan jorok. Apakah tiap kali ia berucap kata kasar, lalu ditertawakan oleh orang lain di rumah? Kalau memang demikian, beri pengertian kepada seluruh anggota keluarga untuk tidak memberikan respons positif bila anak melontarkan kata-kata yang kurang pantas.

Minta mereka untuk tidak menganggap lucu kata-kata itu. Tekankan, jika anak mulai berkata kasar, jangan pedulikan, pura-pura tidak tahu. Umumnya anak akan segera menghentikan kebiasaan buruknya karena ia tahu tidak sukses mendapat perhatian dari perilaku tersebut.

* Ingin tahu pengasuhan anak yang tepat untuk ibu bekerja, baca Lipsus Working Mom

(Tabloid Nakita/Hilman Hilmansyah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com