Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk, Belajar Tertawa

Kompas.com - 26/01/2012, 08:06 WIB

KOMPAS.com - Apa yang Anda rasakan saat pola tingkah si kecil yang menggemaskan memancing tawa, atau ketika lelucon teman atau tontonan di layar kaca membuat Anda tersenyum lalu tertawa lepas? Kebiasaan tertawa lepas membuat Anda lebih bahagia dan bahkan bisa membuat pribadi Anda lebih menyenangkan. Lantas bagaimana jika Anda mulai lupa tertawa lantaran selalu disibukkan dengan pekerjaan yang menguras pikiran juga energi? Atau boleh jadi Anda termasuk tipe pribadi yang paling sulit tertawa, bagaimana caranya untuk mulai tertawa?

Ternyata tertawa bisa dipelajari, dan tertawa itu menular. Percaya atau tidak, jika Anda berada dalam suatu kelompok, besar ataupun kecil, lalu salah satu dari anggota kelompok memancing tawa dengan stimulasi tertentu, seluruh anggota kelompok akan mudah untuk ikut tertawa.

Bagi Anda yang mulai kehilangan semangat, dan tak lagi merasa ceria seperti zaman belia, mulailah tertawa. Jika Anda mau dan mulai menyadari pentingnya tertawa, dan bersedia mencari tahu caranya, inilah langkah awal untuk belajar tertawa agar hidup lebih bahagia dan berbagai penyakit tersembuhkan karenanya.

"Tertawa itu menular dan bisa dipelajari. Namun dibutuhkan kemauan dan kesadaran dari dalam diri untuk memulai melakukan sesuatu demi mengubah keadaan menjadi lebih baik lagi," jelas psikolog dan terapis Dewi Juniarti, Psi dari L'Ayurveda Center for Inner Beauty and Holistic Care Fatmawati Jakarta, kepada Kompas Female melalui hubungan telepon.

Tertawa telah lama dipilih sebagai salah satu metode untuk mengatasi berbagai masalah fisik, mental, juga sosial. Bad mood, stres, depresi, juga penyakit yang diderita menahun, dapat diatasi dengan cara sederhana, dengan tertawa.

"Saat tertawa otot-otot mengalami relaksasi, tertawa seperti terapi untuk melepas berbagai kecemasan, dan bahkan menjadi self healing. Seseorang yang seringkali merasa cemas bisa mengurang kecemasannya dengan tertawa dan akhirnya ia menjadi pribadi yang lebih percaya diri," jelas Dewi.

Di kliniknya, Dewi menggunakan metode tertawa sebagai bagian meditasi dan proses penyembuhan holistik untuk mengatasi berbagai masalah dan penyakit. "Biasanya terapi dilakukan dengan 2-3 kali tertawa dalam satu sesi. Lalu datang kembali seminggu sekali, tergantung bagaimana perkembangannya," jelasnya.

Bahkan menurut Dewi, terapi tertawa bisa dilakukan diri sendiri. Saat suasana hati Anda sedang buruk, ajaklah diri sendiri untuk tersenyum, lalu mulai tertawa kecil, dan lama-kelamaan Anda akan tertawa lepas.

Jika membutuhkan stimulasi, lihat saja cermin, lakukan hal kecil atau menonton program televisi yang menghadirkan tayangan humor. "Nonton saja film kartun, lalu usahakan untuk tertawa lebih besar," sarannya. Ia menambahkan, "Penyembuhan pertama ketika bisa mentertawakan diri sendiri. Tiba-tiba semua akan membuat ringan, Anda tak lagi memendam masalah."

Pentingnya kelompok

Meski bisa dilakukan sendiri, terapi tertawa akan lebih efektif dalam kelompok. "Tertawa ada tekniknya dan bisa dipelajari bahkan dalam kelompok, bersama orang-orang yang tak Anda kenal sekalipun," jelas Dewi yang aktif dalam kegiatan sosial dua mingguan di kawasan Monas Jakarta, bersama Klub Tawa Ceria Indonesia.

Namun, Dewi menyadari setiap orang memiliki kebutuhan berbeda dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Jika tak nyaman belajar tertawa bersama kelompok tak dikenal, terapi dengan penanganan pribadi di klinik khusus juga bisa dilakukan, ungkapnya. Bahkan belajar tertawa bersama dalam konsep terapi juga bisa dilakukan dalam kelompok lebih kecil atau lingkungan yang nyaman atau dekat baginya, seperti keluarga atau pertemanan.

"Semua tergantung niat. Namun lingkungan yang membuat dia bisa tertawa, juga turut memengaruhi. Tapi yang terpenting, kemauan dari dalam diri untuk keluar dari kondisi yang buruk untuk menjadi lebih baik lagi," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com