Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajar Kalau Si Kecil Berkonflik

Kompas.com - 17/03/2012, 19:24 WIB

KOMPAS.com - Dalam bersosialisasi, termasuk persahabatan antara dua anak, konflik bisa saja terjadi dan ini sepenuhnya wajar. Masalah yang melatarbelakangi tentu beragam. Bisa karena merasa dipermalukan di depan teman lain, iri dengan benda atau barang milik temannya, berbeda pendapat atau persepsi tentang sesuatu. Alhasil, persahabatan itu dapat menjadi renggang, bahkan terputus.

Herlita Jayadianti, SIP, pengajar di SD Tumbuh, Jogja Educational Spirit, Yogyakarta menjelaskan konflik yang dialami si kecil memiliki sisi negatif dan sisi positif.

Dari sisi negatif, berselisih dengan sahabat tentu bisa memberikan dampak tersendiri. Permusuhan bisa saja menyebabkan pertengkaran yang memicu saling melukai secara fisik, terutama saat mereka dalam kondisi marah. Apalagi anak yang beranjak remaja dengan kondisi emosi yang labil. Ini tentu tidak baik untuk keduanya. Selain itu, secara psikologis, anak yang saling bertikai ini akan menarik diri, tertutup, tak percaya diri, minder, mogok sekolah, bahkan tertekan atau stres.

Dari sisi positif, pertikaian dengan kawan karib bisa dimanfaatkan untuk mengasah keterampilan si usia sekolah dalam mengolah konflik dan mencari solusinya, serta membuat anak belajar menghadapi masalah dan mencoba menyelesaikannya.

Dari sebuah konflik, anak belajar menghadapi perbedaan, ketidaksepahaman yang muncul dari keberagaman. Si kecil juga bisa belajar mempertahankan pendapat serta belajar menemukan kiat tepat bagaimana menjalin hubungan dengan teman atau sahabat. Anak juga belajar tentang perilaku sosial yang dibutuhkan dalam berinteraksi, di antaranya empati, kompromi, negoisasi, mengikuti aturan sosial, tahu batasan benar dan salah, sopan, dan berbagai perilaku sosial yang bisa dipraktikkan.

Anak yang tidak pernah bertengkar justru perlu dicermati karena mungkin saja ia tidak percaya diri untuk bisa mempertahankan haknya. Kemungkinan lain, ia sama sekali tidak peduli pada apa yang terjadi akibat adanya kelainan emosi.

Adalah tugas orangtua untuk mendampingi anak yang sedang menghadapi konflik. Orangtua dapat berperan sebagai mediator, dengan berbagai cara yang bijak. Karena bagaimana pun, pertengkaran dengan teman, tetap perlu dirasakan anak sebagai pembelajaran dalam hidupnya.

(Hilman Hilmansyah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com