Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/07/2012, 21:24 WIB

KOMPAS.com - Siklus hidup perempuan terbagi empat. Yakni tahap remaja, perempuan bekerja usia 20-24 dan 25-29, ibu -baik ibu bekerja maupun ibu rumah tangga, dan perempuan usia matang. Berapa pun usianya, perempuan tetap butuh pengakuan diri dengan cara yang tentunya menyesuaikan tahapan usia.

Demikian disampaikan Candra Widanarko, Group Publisher Women's Media dari Gramedia Majalah, dalam paparannya mengenai hasil riset Indonesia's Hottest Insight di Ballroom Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (18/7/2012).

"Seseorang menjadi perempuan ketika ia sudah mengindentifikasikan keperempuanannya. Kehidupan perempuan pun terbagi dalam empat tahapan," jelasnya.

Aktualisasi diri terjadi dalam setiap tahapan usia perempuan, namun orientasinya mengalami perubahan.

Pengakuan dari teman
Pada remaja, orientasinya adalah "Saya". Semua hal yang dilakukannya hanyalah mengenai dirinya. Candra mengatakan, bagi remaja, berdandan menjadi proses eksperimental yang menjadi bagian dari pengenalannya akan kecantikan dirinya. Remaja fokus mengeksplorasi dirinya, juga untuk menarik perhatian lawan jenis karena pada usia ini mereka mulai punya ketertarikan pada laki-laki.

Pada tahap usia ini, remaja perempuan butuh pengakuan dari teman-temannya. Baginya, teman adalah sumber informasi terpercaya, bahkan dibandingkan orangtuanya. Pengakuan dari komunitasnya, dari teman-temannya, menjadi teramat penting pada perempuan di usia 13-19 tahun ini.

Mandiri dan berpenghasilan

Beranjak ke tahapan berikutnya, perempuan bekerja. Inilah tahapan yang sebenarnya sangat diinginkan oleh para remaja.

"Tak heran jika banyak remaja yang berdandan seperti perempuan pada tahapan usia berikutnya. Cara mereka berdandan, pilihan baju, sepatu, bahkan model rambut sama seperti perempuan di tahapan usia berikutnya. Remaja tak sabar ingin berada pada level ini," jelas Candra.

Perempuan bekerja usia 20-24, menunjukkan eksistensi dirinya dengan cara berbeda dengan remaja. Pengakuan atas kemandiriannya sangat penting bagi perempuan di tahapan usia ini.

"Bekerja adalah status bagi perempuan di tahapan usia ini. Riset menunjukkan 55 persen dari mereka adalah freelancer yang belum lulus kuliah tapi sudah bekerja. Mereka merasa perlu dianggap sebagai perempuan dewasa, punya penghasilan sendiri, dan yang paling penting adalah pengakuan bahwa mereka mandiri," ungkapnya.

Pada tahap ini, perempuan bekerja usia muda menggunakan penghasilannya untuk mengeksplorasi diri dengan cara berbeda. Mereka mulai membelanjakan uangnya terutama untuk produk kecantikan. Dengan kata lain, pertumbuhan tinggi pada pembelian produk kecantikan dipengaruhi kebutuhan perempuan pada tahapan usia ini.

"Mereka akan mencoba semua warna eyeshadow, blush on, semua jenis produk kecantikan dicobanya. Mereka butuh aktualisasi diri, salah satunya dengan memerhatikan penampilannya," tutur Candra.

Penghasilan perempuan usia ini memang untuk dikonsumsi, orientasinya belum pada menabung. Meski sudah memiliki penghasilan, mereka masih mendapatkan "jatah" dari orangtua.

Berbeda dengan tahapan usia 25-29, perempuan bekerja punya orientasi lain. Pada tahap ini, perempuan punya berbagai kebutuhan yang orientasinya lebih kepada "Saya" dan "Kamu". Kehadiran pasangan mulai dibutuhkan di tahapan usia ini. Perempuan pun sudah mulai berpikir menikah. Dan memang usia maksimal pernikahan perempuan pun bergeser, dari 25 tahun (20 tahun lalu) hingga 34 tahun saat ini.

Kebutuhan untuk tampil tetap ditemukan pada perempuan bekerja di tahapan usia ini. "Untuk mengetahui keberadaan mereka mudah saja, cukup dengan melihat di tempat-tempat yang sedang happening saat ini. Dan ini berlaku di semua kelas. Ini menjelaskan mengapa semua event yang sedang happening akan dipenuhi perempuan usia ini, karena memang mereka punya kebutuhan untuk tampil," jelas Candra, memaparkan fakta dan data dari hasil riset Indonesia's Hottest Insight di sembilan kota di Indonesia dengan total responden mencapai 9000 orang.

Sebagai supermom
Ketika menikah dan punya anak, perempuan memasuki tahapan baru, sebagai ibu. Pada tahap ini orientasi pun berubah. Perempuan ingin menjadi sosok super yang dianggap mampu melakukan segala hal. Ia akan berusaha maksimal untuk menjadi ibu dan berbagai hal yang ingin dilakukannya.

Pilihannya ada dua, menjadi ibu rumah tangga atau ibu bekerja. "Menjadi ibu merupakan kebanggaan bagi perempuan di tahapan ini dan mereka ingin bisa menyelesaikan banyak hal menjadi supermom," lanjut Candra.

Sebagai diri sendiri

Saat anak mulai besar, beranjak remaja, dan mulai punya aktivitas masing-masing, perempuan pun memasuki tahapan usia matang. Mereka pun kembali seperti remaja, senang mengeksplorasi hobi baru.

Jika dulu tahapan ini dilalui perempuan usia 50-60, saat ini usia 40-an pun perempuan sudah lebih matang. Mereka pun mulai berpikir untuk melakukan berbagai hal untuk dirinya sendiri karena punya waktu yang lebih longgar, dan mandiri secara finansial serta memiliki daya beli yang tinggi.

Jika perempuan bekerja menyukai travelling ke luar negeri, perempuan matang justru senang mengekplorasi berbagai tempat baru yang tak terpikir sebelumnya. Beberapa perempuan matang menekuni hobi baru atau justru produktif dengan hobinya. Seperti menulis buku dari hobi fotografinya, misalnya. Apa pun yang dilakukannya, perempuan matang juga butuh pengakuan, aktualisasi diri, dengan caranya sendiri. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com