Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Candy Maker", Tantangan Baru Andalkan Kreativitas Tinggi

Kompas.com - 22/07/2012, 00:03 WIB

KOMPAS.com - Profesi candy maker terbilang baru dan punya tantangan tersendiri. Melalui Sticky, merek permen yang dikenalkan pria asal Sydney, Australia, David King, profesi ini pun diselami oleh Shandy Suhendi, pria Indonesia berusia 27 yang belajar membuat permen sejak setahun silam.

Kini, Shandy yang menjabat sebagai Brand Manager Sticky Indonesia, bekerja bersama 5-6 anggota tim untuk memproduksi permen handmade, langsung di dapur terbuka di gerai Sticky, disaksikan langsung oleh pengunjung yang penasaran dengan cara pembuatan permen.

Di atas meja bersuhu panas dan dingin, Shandy mengolah gula pasir, air, bercampur glukosa serta pewarna dan perasa makanan tanpa pengawet, menjadi belasan kilo rock candy Sticky. Ia mengandalkan keterampilan tangan, ketepatan, kerapian juga kreativitas tinggi menciptakan gambar atau tulisan dalam permen, sekaligus memastikan adonan permen tercipta sempurna, agar tidak mengkristal dan huruf pada tulisan di permen berada pada posisi semestinya.

"Membuat permen butuh ketepatan, kerapian, juga feeling saat proses pemasakan. Karena jika salah, risikonya gagal seperti huruf pada tulisan terbalik dan terjadi kristalisasi gula. Membuat permen dengan tulisan dan gambar di dalamnya juga butuh kreativitas. Membuat permen menjadi tantangan baru dan unik, apalagi jika harus membuatnya disaksikan langsung pengunjung toko, bagaimana memberikan hiburan tanpa melakukan kesalahan saat memasak, ini menantang," jelas Shandy kepada sejumlah media di sela kegiatan berbuka puasa bersama Sticky di Living World Alam Sutera Tangerang, Sabtu (21/7/2012).

Pria lulusan sekolah manajemen hotel ini murni memelajari teknik membuat permen dari Sticky. Menurutnya, profesi ini bisa dilakukan siapa saja tanpa membutuhkan keahlian khusus asalkan memiliki kreativitas dan ketelitian juga kerapian. Namun memang proses memasak membutuhkan alat khusus yang tak sembarangan orang bisa mengoperasikannya.

Meski begitu, keterampilan ini sebenarnya bisa dipelajari dan dilatih. Shandy sendiri mampu membuat permen handmade 5-6 kali sehari masing-masing 10 kg. "Membuat permen handmade menyenangkan, tapi memang cukup berbahaya jika tidak dilakukan secara tepat karena suhunya tinggi," tuturnya.

Tantangan terbesar bagi pembuat permen handmade ini adalah membuat desain logo permintaan perusahaan, di rock candy. Shandy sendiri sering memenuhi permintaan pembuatan permen Sticky dengan gambar karakter binatang, selain bunga yang biasanya untuk membuat lolipop.

Pembuatan permen ini mengandalkan suhu udara, pemanasan, dan pemasakan yang baik. Saat membuat permen, tangan terampil candy maker menentukan adonan gula terbentuk sempurna di tiga meja berbeda. Yakni meja pendingin, meja barbeque dengan suhu mencapai 150 derajat, dan meja rolling atau digunakan untuk menggulung adonan permen yang telah memiliki gambar atau tulisan di dalamnya.

Proses pembuatan permen memakan waktu sekitar 1,5 jam untuk tulisan yang tergolong rumit pada permen. Tulisan "Selamat Idul Fitri" pada permen Sticky edisi Lebaran misalnya, membutuhkan waktu 1,5 jam ini.

Permen buatan tangan ala Sticky ini dibuat tanpa pengawet, dan bertahan lama asalkan penyimpanannya tepat. Shandy menyarankan, simpan permen handmade dalam wadah kedap udara di suhu ruangan, bukan lemari es atau area yang terkena sinar matahari langsung.

"Kalau terkena suhu dingin, permen akan menempel. Kalau terkena suhu panas permen akan mencair. Kalau disimpan baik, permen bisa bertahan 6-12 bulan. Hingga enam bulan warna akan memudar, namun masih aman dikonsumsi hingga satu tahun," jelas pria yang biasa mengonsumsi 70 gram permen handmade ini dalam 2-3 hari.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com