Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/10/2012, 11:41 WIB

KOMPAS.com - Sudah bukan saatnya lagi para perempuan "merendahkan diri" di dunia kerja. Kemampuan dalam bernegosiasi, serta memikirkan hal-hal detail dan jangka panjang, bisa menjadi modal perempuan untuk menjadi pemimpin yang andal.

Dalam bukunya, Influence: How Women's Soaring Economic Power Will Transform Our World Better, Maddy Dychtwald mengungkapkan bahwa abad 21 akan ditandai dengan lahirnya kekuatan dunia baru yang dipimpin oleh perempuan. Survei dari organisasi nirlaba Catalyst ini mungkin memperkuat prediksi tersebut. Catalyst mengungkapkan, perusahaan dengan sekitar 19-44 persen bos perempuan mampu mendapatkan laba sekitar 26 persen lebih banyak daripada perusahaan dengan sedikit bos perempuan.

Keragaman jender para pemimpin bisa berpengaruh positif pada bisnis. "Perusahaan yang memiliki jumlah perempuan lebih banyak cenderung memiliki kemampuan kepemimpinan, pengambilan keputusan bisnis, serta tata kelola perusahaan yang lebih baik," ungkap Penny Burtt, kepala penelitian Head of Public Affairs, McKinsey & Company di Asia Tenggara.

Kenyataan ini mulai terbukti, karena beberapa pimpinan tertinggi di beberapa perusahaan dunia sudah dipegang oleh perempuan. Misalnya, Sheryl Sandberg -COO Facebook, Virginia Rometty -CEO IBM, dan Marissa Mayer -CEO Yahoo.

Para perempuan Indonesia pun sudah menunjukkan kemampuan dengan menduduki posisi tertinggi di perusahaan, seperti Karen Agustiawan, Presiden Direktur Pertamina Indonesia, dan Wendy Yap, Presiden Direktur dan CEO PT Nippon Indosari Corpindo (Sari Roti), yang menguasai 90 persen pasar roti Indonesia. Nama mereka bahkan tercatat dalam daftar "Asia's 50 Power Businesswomen 2012" versi Majalah Forbes.

"Secara tak langsung hal ini merupakan pembuktian nyata bahwa perempuan punya kapabilitas yang memadai untuk menjadi seorang pimpinan," tukas Linda Amalia Sari Gumelar, Menteri Negara Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak, dalam acara Women's Leadership Network yang diadakan Femina dan BII, beberapa waktu lalu di Jakarta.

Sayangnya, fakta ini belum cukup menginspirasi banyak orang untuk mengakui kemampuan para perempuan. Bahkan menurut Catalyst pula, sekitar 10 persen dari 500 perusahaan papan atas di Amerika, dan 40 persen dari 500 perusahaan terbesar di Kanada, tidak memiliki pemimpin perempuan di jajaran direksinya.

Yang paling menyedihkan, diskriminasi jender masih dialami perempuan Indonesia dalam upaya mereka menduduki jabatan tinggi di perusahaan. Sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga survei McKinsey dan Femina terhadap 500 perempuan bekerja yang menduduki posisi junior manager, eksekutif, hingga CEO, di seluruh Indonesia, mengungkap fakta bahwa 47 persen dari separuh responden lulusan sarjana mampu menduduki jabatan di entry level. Sedangkan pada level middle management, porsi perempuan semakin menurun dan hanya tersisa 20 persen saja. Jumlah ini semakin mengecil pada level direksi, yaitu enam persen di level direksi dan lima persen di posisi CEO.

Faktor penghambat
Linda menyadari, belum semua perempuan menyadari kemampuan masing-masing untuk mencapai posisi yang lebih tinggi. Selain itu ada berbagai hal yang membuat karier perempuan terhambat, yaitu masih terbatasnya kesempatan mereka untuk menempati posisi ini, serta adanya diskriminasi jender. Masih banyak pria yang beranggapan bahwa mereka tidak mau dipimpin oleh atasan perempuan. 

Untuk mengatasi hal ini, Anda sebagai perempuan harus berusaha lebih keras untuk melengkapi diri dengan kemampuan teknis dan non-teknis yang berkaitan dengan peran pemimpin. Namun faktor yang dianggap paling sulit dan memengaruhi perkembangan karier adalah adanya masalah peran ganda pada perempuan.

Survei McKinsey dan Femina pun mengungkapkan,  63 persen perempuan merasa tidak bisa cepat sukses dalam kariernya karena harus membagi perhatian antara keluarga dan pekerjaan. Keharusan memilih salah satu di antaranya menimbulkan beban berat bagi kaum perempuan. Padahal karier dan keluarga adalah faktor yang saling melengkapi perempuan.

"Kekuatan perempuan yang lebih hebat dari pria terletak pada kemampuan multitasking-nya. Terkadang hal ini belum dilakukan dengan maksimal karena banyak perempuan sudah merasa minder duluan," tambah Linda.

Menurut Linda, tugas sebagai ibu rumah tangga tidak seharusnya membatasi karier, dan juga sebaliknya. Jika diatur dengan tepat dan dijalankan dengan ikhlas semua hal ini akan berjalan baik. "Kuncinya ada pada pengaturan waktu, dan juga komunikasi yang baik dengan keluarga dan karyawan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com