Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/10/2012, 09:30 WIB

KOMPAS.com - Jabat tangan sudah menjadi tradisi atau kebiasaan, sehingga Anda tak berpikir panjang lagi ketika menjabat tangan seseorang yang baru Anda kenal, atau justru teman lama yang baru ditemui lagi.

Tetapi berkembangnya berbagai penyakit yang timbul akibat penyebaran kuman di udara, membuat orang jadi parno. Mereka segan bersalaman. Banyak yang kini menyimpan hand sanitizer di dalam tas, supaya bisa mencuci tangannya dengan gel antiseptik tersebut segera setelah bersalaman dengan orang lain.

Di Amerika, hampir 50 persen orang enggan berjabat tangan karena khawatir terpapar kuman, demikian menurut newsletter PharmPro. Sebelum Olimpiade London berlangsung, chief medical officer untuk British Olympic Association bahkan menyarankan para atlet untuk tidak melakukan kebiasaan tersebut. 

Namun, kini para pakar berusaha mendorong  orang untuk meneruskan tradisi ini. Studi baru mengenai ilmu jabat tangan yang akan dimuat di Journal of Cognitive Neuroscience edisi Desember menyatakan, bersalaman tetap penting meskipun ada potensi pertukaran kuman itu.

Setelah mengevaluasi pemetaan otak melalui MRI dan uji konduktansi kulit, para peneliti mendapati bahwa orang-orang asing ternyata malah membentuk kesan yang lebih baik satu sama lain setelah berjabat tangan. Meskipun interaksi yang terjadi sebelumnya kurang baik, namun jabatan tangan bisa menunjukkan perilaku yang lebih positif. 

Baca juga: Cara Jabat Tangan yang Bikin Orang Menyukai Anda

"Banyak interaksi sosial kita yang gagal karena satu dan lain hal. Namun jabat tangan sederhana yang mendahului interaksi tersebut bisa meredam efek negatif dari kesalahpahaman yang mungkin terjadi," ungkap Sandra Dolcos dari University of Illinois Beckman Institute, yang menulis studi ini.

Para peneliti juga menemukan bahwa jabatan tangan yang kencang dan ramah bisa memicu respons yang menyenangkan. Di masa lalu, jabat tangan juga bisa mengirimkan sinyal perdamaian, demikian menurut teori para antropolog sejarah. Menjulurkan tangan dengan telapak tangan terbuka menunjukkan bahwa Anda tidak membawa senjata.

Selama berabad-abad sesudahnya, gerak-gerik ini berkembang menjadi suatu bentuk sapaan yang universal. Dengan bersalaman, Anda menunjukkan kepercayaan diri. Dalam pertemuan bisnis, jabat tangan juga dilakukan sebagai bukti bahwa transaksi yang memuaskan telah terjadi.

Baca juga: Cara Tepat Memakai "Hand Sanitizer"

"Jabat tangan sudah terbuti meningkatkan persepsi akan kepercayaan dan formalitas dari hubungan," lanjut Dolcos dalam laporannya.

Dan, ini yang penting: menurut studi dari John Hopkins School of Public Health, kemungkinan terpapar kuman berbahaya melalui jabat tangan itu cenderung rendah. Nah, kalau Anda masih ragu juga untuk bersalaman dengan orang yang Anda temui di bus, kereta commuter, atau di rumah sakit, bawa saja hand sanitizer di tas. Atau, cuci tangan saja pakai sabun sesudah bersalaman. Beres, kan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com