Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/11/2012, 11:43 WIB

KOMPAS.com - Busana berbahan denim, terutama raw denim, menjadi pilihan kalangan pekerja sejak 150 tahun silam. Namun denim terus berkembang menyesuaikan jaman dan kebutuhan, juga beradaptasi dengan tren mode. Di Indonesia, tren denim banyak mendapatkan pengaruh dari Eropa.

Pengusaha denim asal Perancis yang memilih tinggal dan berbisnis di Indonesia sejak 1990, Patrick Mano, mengatakan denim terus berkembang mengikuti tren. Inilah salah satu sebab mengapa denim tak lekang dimakan jaman. Denim pun selalu punya penggemar dari berbagai kalangan, status dan usia.

Menurut Patrick, selera berbusana denim di Indonesia banyak terpengaruh dari Eropa. Namun memang perkembangan denim di Indonesia berbeda dengan negara lainnya.

"Sejak 2-3 tahun lalu tren Eropa mirip dengan Indonesia untuk denim. Model skinny jeans juga mulai diterima di Indonesia. Sekitar 6-7 tahun lalu, skinny jeans belum bisa diterima," jelasnya kepada Kompas Female di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Generasi internet punya peran besar dalam perkembangan denim ini. Melalui internet, kalangan muda mengadopsi gaya busana denim, utamanya dari Eropa.

Denim sendiri merupakan pakaian kalangan pekerja hingga 1950. Patrick memaparkan, denim mulai berkembang menjadi bagian dari fashion setelah Perang Dunia II.

"Di Perancis sendiri denim terus berkembang dengan munculnya beberapa brand pada 1965," tutur pria yang mengenalkan proses washing modern untuk denim di Indonesia, tepatnya di Bandung, sejak 1999.

Mengenai tren denim, selain warna medium yang paling banyak digemari, efek pada jeans juga menjadi bagian tren mode untuk denim.

"Kalau warna, 60 persen suka medium color cenderung lebih tua, karena kalau warna muda khawatir kotor. Pilihan lainnya warna terang, atau cenderung gelap," jelasnya.

Meski begitu, ada tiga komponen yang punya peran besar terhadap tren busana denim. Patrick menyebutkan, pilihan bahan, proses washing, dan pola busana menentukan tren denim.

Untuk menciptakan koleksi denim terbaru, Patrick kerap melakukan riset untuk membaca tren dan Eropa dan Jepang menjadi sumber inspirasinya.

"Butuh 3-6 bulan untuk proses menciptakan koleksi baru, mulai membaca tren, cari bahan, cari ilmu baru washing, hingga proses fitting sampai sampel," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com