Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/11/2012, 22:07 WIB

KOMPAS.com - Pada usia tertentu anak-anak akan mengalami fase sulit makan. Ada banyak hal yang menjadi pemicunya, misalnya trauma, masalah psikis, dan lain-lain. Menurut Dr Endah Ronawulan, SpKJ, 33,6 persen masalah sulit makan akan dialami anak usia pra sekolah, yaitu 4-6 tahun. Selain usia, kesulitan makan juga dipengaruhi oleh usia kelahiran anak. Anak yang lahir prematur 40-70 persen lebih berisiko mengalami gangguan makan dibandingkan anak yang lahir normal (25 persen)

Jika tak ditangani secara serius, masalah sulit makan ini akan menyebabkan kurangnya nutrisi untuk pertumbuhan anak, dan menyebabkan terjadinya penyakit. Parahnya, kasus malnutrisi akibat sulit makan kronis ini dialami oleh 79,2 persen anak usia pra sekolah.

"Hal ini bisa terjadi karena banyak orangtua yang menganggap bahwa problem anak sulit makan biasa dialami sehingga penanganannya kurang diperhatikan," jelas Endah, dalam seminar "Tantangan dan Solusi Anak Sulit Makan" beberapa waktu lalu di Jakarta.

Selain kurang nutrisi, ada beberapa efek buruk yang akan dialami anak ketika ia sulit makan dalam jangka waktu lama:

1. Timbulnya penyakit
Kekurangan nutrisi dari makanan akan menyebabkan anak lebih rentan terserang berbagai penyakit. Diungkapkan Endah, sulit makan pada anak berusia kurang dari 11 tahun yang tidak ditangani secara tepat akan berisiko meningkatkan penyakit saat mereka dewasa. Sebanyak 86 persen anak yang mengalami sulit makan berisiko mengalami serangan penyakit saat usia 20 tahun, 43 persen pada usia 16-20, dan 33 persen antara usia 11-15 tahun.

2. Timbulnya gangguan makan
Selain penyakit, sulit makan berkelanjutan juga akan menyebabkan terjadinya tiga gangguan utama dalam hal makan, seperti binge eating disorder (makan berlebihan secara kompulsif), anorexia nervosa, dan bulimia nervosa, saat anak beranjak dewasa. Biasanya anorexia nervosa dan bulimia ini terjadi akibat adanya role modelling saat kecil yang memberi stigma bahwa citra fisik yang baik adalah tubuh yang kurus.

3. Menghambat pertumbuhan
Nutrisi sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan anak. Jika anak mengalami kesulitan makan dan picky eater, hal itu akan memengaruhi pertumbuhannya. "Hal ini akan menghambat atau justru menghentikan tumbuh kembang anak, khususnya pada penambahan berat dan tinggi badan," tambahnya.

Penghambatan pertumbuhan tinggi badan anak akan berefek buruk permanen jika anak mengalami sulit makan pada usia empat tahun. Usia empat tahun merupakan masa-masa puncak pertumbuhan anak. Ketika anak tidak memiliki nutrisi dalam tubuh yang bisa digunakan untuk tumbuh, maka tubuh tidak bisa mensintesis dan mengolah nutrisi pertumbuhan untuk menambah tinggi badannya.

4. Meningkatkan risiko kematian
Endah memaparkan berbagai studi yang pernah dilakukan terhadap anak dan remaja yang mengalami gangguan makan, dan ternyata angka kematian yang disebabkan oleh gangguan makan ini tiga kali lebih besar dari penyebab kematian lainnya. Angka kematian remaja akibat anorexia nervosa mencapai 3,9 persen, dan akibat bulimia nervosa mencapai 5,2 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com