Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/01/2013, 11:20 WIB

KOMPAS.com — Tak dapat dimungkiri, tubuh kurus dan langsing merupakan idaman banyak wanita. Bahkan, tak sedikit yang rela menunda waktu makan atau merogoh saku lebih dalam demi mendapat tubuh yang diidamkan. Pasalnya, ukuran tubuh seperti ini dinilai dapat meningkatkan rasa percaya diri sekaligus menghindarkan diri dari segala risiko penyakit.

Moesijanti YE Soekatri, MCN, PhD, Ketua Departemen Publikasi Ilmiah Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), mengemukakan bahwa kasus berat badan kurang banyak dialami oleh perempuan yang umumnya merasa takut gemuk. “Mereka menjalani diet tanpa tahu porsi yang benar dan akibat-akibatnya. Jadi, faktor psikologis juga berpengaruh membuat seseorang mengalami berat badan kurang,” paparnya.

Kasus berat badan kurang memang jarang disadari sebagai penyakit karena ciri dan dampaknya belum terlalu dikenal masyarakat. Padahal, ia menegaskan, mereka yang kelebihan ataupun kekurangan berat badan sama-sama diintai sekian banyak bahaya.

Begitu pula yang dipaparkan oleh Dr Fiastuti Witjaksono, SpGK, spesialis gizi klinik dari Klinik Seruni Gizi FKUI. “Orang dengan berat badan kurang umumnya mengalami ketidakseimbangan komposisi zat-zat yang diperlukan tubuh sehingga daya tahan tubuh berkurang dan membuat seseorang menjadi lebih rentan terkena penyakit,” paparnya.

Orang dengan berat badan kurang bisa jadi terhitung abai pada kandungan bahaya dalam makanan. Pikiran bahwa ia tidak mengalami kegemukan justru membuatnya merasa bebas melahap apa saja dan kapan saja. Padahal, hal ini tentu tak dibenarkan karena setiap kandungan yang diperlukan tubuh memiliki porsi ideal masing-masing.

“Faktanya, penderita kolesterol itu banyak yang kurus. Memang, orang yang gemuk berisiko terkena penyakit tersebut, tetapi sebenarnya penyumbatan itu tidak pandang bulu. Mereka yang berat badannya kurang tetap dapat terserang jantung, stroke, dan kolesterol," ujar Moesijanti.

Dengan demikian, orang dengan berat badan kurang pun memiliki risiko yang sama apabila pola makan tak pernah diperhitungkan. Oleh karena itu, penting untuk tetap mengatur pola makan dan memenuhi komposisi zat yang dibutuhkan tubuh.

“Tubuh kita ini memerlukan komposisi yang sesuai, yaitu 50-60 persen karbohidrat, 15 persen protein, dan 30 persen lemak. Selain itu, untuk camilan ia dapat memilih yang padat kalori,” ujar Fiastuti.

Lemahnya otot
Orang dengan berat badan kurang biasanya memiliki komposisi tubuh yang tidak seimbang, khususnya lemak dan otot. “Mereka cenderung tidak memiliki otot dan lemaknya sangat sedikit. Padahal, lemak berfungsi untuk melindungi bagian tubuh yang vital dari benturan. Ibaratnya, lemak adalah bantalan di dalam tubuh,” ujar Fiastuti.

Sementara itu, otot berfungsi untuk menciptakan daya tahan tubuh, membantu produksi enzim, dan sistem hormonal lain. Apabila kekurangan hormon, ujar Fiastuti, praktis risiko penurunan daya tahan tubuh pun akan mengintai.

“Hasilnya, ia mudah sakit dan mudah terkena infeksi. Umumnya orang underweight juga makannya sedikit sehingga rentan terkena anemia,” ujarnya. Akibatnya, ia akan sering merasa lemas, tak bertenaga, bahkan dapat pula berdampak pada siklus haid yang tak teratur.

Tak hanya di situ, orang dengan berat badan kurus juga diintai oleh kemungkinan risiko osteoporosis karena kurangnya kandungan mineral dalam tubuh.

“Ketika tubuh kekurangan mineral, ia akan menyerap dari tulang sehingga tulang menjadi keropos dan dapat menjadi osteoporosis,” ujar Moesijanti. “Beban tulang yang kurang menyebabkan ia tidak padat. Tulang menjadi keropos sehingga ia lebih berpotensi mengalami osteoporosis,” kata Fiastuti.

(Tabloid Nova/Annelis Brilian)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com