Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/02/2013, 10:54 WIB

KOMPAS.com - Kebijakan cuti melahirkan berbeda di setiap negara. Bahkan dalam satu negara pun, setiap perusahaan memiliki ketentuan yang tak seragam. Satu hal yang menjadi perhatian juga kebutuhan ibu bekerja adalah cuti melahirkan yang fleksibel.

Jessica Grose, novelis dan salah satu penulis Love-Mom, yang juga adalah ibu bekerja banyak kebutuhan terpenuhi dari cuti melahirkan yang fleksibel. Bukan hanya bagi ibu bekerja, tapi juga untuk bayi, bahkan perusahaan tempat ibu bekerja.

Cuti melahirkan yang fleksibel penting untuk orangtua kaitannya dengan tumbuh kembang bayi. Minggu pertama dari kelahiran bayi merupakan masa di mana ibu dan bayi butuh waktu khusus bersama. Bukan hanya membangun bonding namun juga memberikan kebutuhan penting untuk bayi, yakni menyusui ASI.

Bayi baru lahir memang tak banyak aktivitas, kebanyakan menghabiskan waktunya untuk tidur. Meski begitu, minggu pertama sejak kelahiran ini punya peran penting.

Annie Murphy Paul, penulis How the Nine Months Before Birth Shape the Rest of Our Lives, mengatakan, "Setiap fase di tahun pertama kehidupan bayi sama pentingnya baik bagi orangtua juga bagi perkembangan anak itu sendiri." Satu hal yang teramat penting adalah menyusui. Sayangnya, banyak ibu bekerja berhenti atau kesulitan menyusui setelah kembali bekerja setelah cuti melahirkannya berakhir.

Karenanya, cuti melahirkan yang fleksibel menjadi kebutuhan ibu dan bayi untuk menjalani tahun pertama ini dengan sempurna. Lantas, apa manfaatnya cuti melahirkan yang fleksibel untuk perusahaan? Pasalnya, kebanyakan perusahaan menerapkan aturan cuti melahirkan yang kerap tak memenuhi kebutuhan ibu dan bayi ini.

Riset yang diadakan ekonom, Heather Boushey dan analis kebijakan, Sarah Jane Glynn menunjukkan cuti melahirkan yang bisa memenuhi kebutuhan ibu bayi justru membuat karyawan lebih loyal, karena sang ibu merasa bahagia bisa memaksimalkan waktunya bersama buah hati.

Riset ini menyebutkan, perusahaan butuh mengeluarkan biaya tambahan sekitar 20 persen per pekerja, jika ada karyawan yang memutuskan berhenti karena minimnya dukungan terhadap ibu bekerja pascamelahirkan. Banyak ibu bekerja yang berkualitas memilih keluarga ketimbang karier karena mereka merasa lebih bahagia bisa bersama dengan buah hati, terutama untuk menyusui.

Salah satu contoh nyata dari fakta ini adalah perusahaan Google. Laporan New York Times menyebutkan banyak karyawan Google, para ibu bekerja, yang memutuskan berhenti kerja akibat dari kebijakan cuti melahirkan tiga bulan dengan mendapatkan setengah gaji. Google kemudian merevisi kebijakannya ini. Cuti melahirkan menjadi lima bulan dengan gaji penuh. Dampaknya, ibu bekerja yang memutuskan berhenti kerja pun menurun jumlahnya.

Bagaimana dengan tempat Anda bekerja? Apakah cuti melahirkan sudah cukup fleksibel dan memenuhi kebutuhan Anda? 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com