Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/04/2013, 08:17 WIB

KOMPAS.com — Sarapan sudah terbukti bermanfaat untuk tubuh, antara lain untuk menambah energi ketika beraktivitas pada pagi hari dan mencegah asupan makan berlebih di siang hari. Hanya, masih sangat sulit menjadikan sarapan sebagai ritual pagi di keluarga Indonesia.

"Kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya sarapan masih rendah. Sebab, masih ada anggapan sarapan itu butuh waktu lama dan merepotkan," ungkap Michael Hartono, Director Communication and Marketing McDonald's Indonesia, kepada Kompas Female, beberapa waktu lalu.

Benarkah sarapan benar-benar menyita waktu bekerja Anda? Nyatanya, menurut Michael, penduduk di negara maju seperti negara-negara di Eropa dan Amerika ternyata tidak pernah melewatkan sarapan. Mereka memiliki kebiasaan untuk bangun lebih awal dan menikmati sarapan di restoran favorit mereka.

Lebih lanjut, ia menambahkan, daripada harus melewatkan sarapan, orang Eropa lebih memilih untuk membungkus makanan dan menyantapnya di kendaraan atau sembari berjalan menuju kantor.

Tingginya kesadaran untuk sarapan ternyata juga difasilitasi oleh tersedianya makanan praktis untuk sarapan. "Mereka tergolong orang yang praktis dan tidak pilih-pilih makanan. Dengan makanan instan seperti sereal dan susu, pancake dan susu, telur rebus, buah potong, sampai burger, bisa disantap sebagai sarapan mereka sehari-hari," tambahnya.

Jenis makanan tersebut pasti sangat berbeda dengan kriteria jenis sarapan di Indonesia. Ungkapan "belum makan kalau belum makan nasi" sepertinya sangat menggambarkan orang Indonesia sehingga saat sarapan pun makanan yang dicari adalah makanan berat seperti nasi goreng, nasi uduk, mi goreng, bubur ayam, dan lain-lain.

Padahal, pada prinsipnya, sarapan adalah waktu "berbuka puasa" setelah tidur malam dan mengisinya dengan makanan bergizi baik. Gizi makanan yang baik bukan hanya terdapat pada makan besar seperti nasi. Beberapa makanan instan seperti susu dan sereal, bubur ayam, dan lain-lainnya juga mengandung karbohidrat, protein, dan serat yang cukup untuk memenuhi aktivitas pagi sampai siang hari.

"Faktor makanan yang repot dibuat dan lama disantap inilah yang membuat orang Indonesia jadi lebih sering nggak sarapan. Seandainya kita bisa lebih praktis, mungkin tidak ada orang yang sengaja melewatkan sarapan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com