Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/05/2013, 15:07 WIB

KOMPAS.com -  Mendirikan usaha tak cuma butuh modal dan keberanian. Sebagai pewirausaha Anda juga harus pandai berstrategi dan bernegosiasi.

"Pengaturan strategi untuk menjual berbagai produk usaha Anda ini harus sangat diperhatikan. Salah pilih buyer dan strategi pemasaran, usaha Anda bisa-bisa tak berkembang," ungkap desainer Arie Seputra, di sela-sela show "A Tribute to Major Minor" di Moovina, Plaza Indonesia, Selasa (14/5/2013) lalu.

Kebanyakan pengusaha dan produsen produk hanya memikirkan produknya bisa "mejeng" di department store atau toko terkenal saja. Maka ketika sudah ditawarkan untuk memasarkan produknya di tempat itu, tanpa pikir panjang mereka langsung setuju dengan segala persyaratannya.

"Menurut saya satu hal yang seringkali merugikan produsen dan juga desainer adalah sistem pembelian konsinyasi. Saya pribadi lebih menyukai sistem penjualan beli putus karena lebih menguntungkan produsen dan juga konsumen," tambahnya.

Sekalipun sistem konsinyasi (titip barang) ini memungkinkan Anda untuk lebih mudah mendapatkan buyer, namun ternyata cara ini membuat Anda justru mengeluarkan banyak biaya, termasuk komisi untuk buyer. Menurut suami Sari Seputra ini, sistem konsinyasi juga memotong omset penjualan produk 40 persen.

Banyaknya biaya yang dibutuhkan untuk menjual produk ini nantinya membuat Anda kesulitan untuk menekan harga jual. Ujung-ujungnya semua biaya ini dibebankan kepada konsumen karena harga jualnya yang tinggi. Kalau harga barang sudah terlalu tinggi, konsumen jadi enggan membeli.

Sekilas, sistem beli putus ini terlihat tak menguntungkan Anda. Karena jika produk sudah tak laku dijual di department store atau toko, buyer pasti tidak akan membeli barang Anda lagi. Namun sisi positifnya adalah, cara pembelian ini bisa membantu Anda untuk mendapatkan harga beli dari buyer dan kuota produksi produk sesuai kesepakatan. Dengan demikian, Anda bisa memperkirakan modal produksi yang harus dikeluarkan untuk memenuhi pesanan.

"Karena sudah ada kesepakatan, nantinya tidak akan ada barang sisa yang tidak laku di pabrik. Harga jualnya juga bisa ditekan karena tidak ada biaya tak terduga lainnya dari buyer," katanya.

Untuk bisa bertahan dengan sistem pembelian seperti ini, mau tak mau Anda harus bisa mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan, ciri khas, dan kreativitas Anda.

"Jika berprofesi sebagai desainer, maka Anda harus lebih kreatif mencipta desain yang unik, modern, dan sesuai ciri khas Anda sendiri. Tengok lagi ke dalam diri, kenali akar desain Anda. Jangan hanya sekadar ikut tren agar busana Anda laku di pasaran," sarannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com