Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/06/2013, 11:28 WIB

KOMPAS.com - ”Saya menemukan dunia baru. Di bawah laut, saya bisa bergerak tiga dimensi. Sangat menenangkan mendengar gelembung yang saya hasilkan sendiri. Dan ternyata surga itu ada di negara kita,” kata Dayu Prastini Hatmanti.

Dayu (25) memang bergelar Miss Scuba International. Semula pemenang kontes Mojang Bandung, lalu meraih gelar Puteri Pariwisata, Dayu kemudian menjadi Miss Scuba International. Tapak demi tapak hidup itu menuntunnya ke satu muara, yaitu laut.

Bertemu dengan Dayu ibarat berjumpa kawan lama. Ia murah senyum dan tawa. Tatapan matanya tak pernah lepas dari kawan bicara.

Ditemui di Stadion Renang Senayan, Dayu sedang bersiap akan mengambil kursus selam untuk penyelamatan di laut. Tubuhnya dibalut pakaian selam tersiram hujan gerimis di pelataran stadion. Sesekali, Dayu mengacak-acak rambut pendeknya yang basah oleh hujan. ”Sudah biasa kehujanan dan kepanasan di pantai,” kata Dayu sambil tertawa lepas.

Ia menemukan dunia barunya di laut. Seolah memanggil kembali pengalaman ketika menyelam, Dayu selalu merinding jika menyaksikan binatang-binatang berkeriapan di dalam lautan. ”Saya bisa berelaksasi, bermeditasi, dan bertemu dengan diri saya sendiri,” katanya.

Konservasi hiu
Jatuh cinta dengan laut, Dayu kini aktif bergerak untuk konservasi laut. Meskipun menanggalkan tiara sebagai Miss Scuba International 2011, Dayu tetap lantang menyuarakan tentang perlindungan hiu.

Ketika berkunjung ke Pasar Ikan Tanjung Luar, Lombok Timur, misalnya, Dayu prihatin menyaksikan maraknya penjualan sirip hiu. Padahal, hiu merupakan predator puncak yang berfungsi menyeimbangkan rantai makanan di laut.

Dayu pun lantas bergerilya menularkan kebiasaan baik dengan tidak mengonsumsi sirip hiu ke beberapa komunitas. Sebagai predator puncak, daging hiu berbahaya bagi kesehatan karena merupakan akumulator timbal berat.

Kampanye hiu itu menjadi bagian dari materi yang dibawakan Dayu ketika mengajar anak-anak usia sekolah dasar di pulau-pulau kecil di Raja Ampat, Papua Barat. Selama sebulan terakhir, Dayu sibuk bersampan dari satu pulau ke pulau lain demi menularkan ilmu tentang konservasi laut bersama Yayasan Kalabia.

Saking sibuknya mengajari anak-anak kecil, Dayu bahkan tidak punya waktu luang untuk menyelam di Raja Ampat. Ia cukup puas hanya memandangi keindahan laut dari pantai. Apalagi, pada malam harinya, ia masih harus mengajar bahasa Inggris bagi awak-awak kapal.

Hanya beberapa hari tinggal di rumahnya di Bogor, sepulang dari Raja Ampat, Dayu kembali bersiap menjelajah Maluku dalam program Baronda Maluku pada akhir bulan Mei ini. Bersama tim dari Kementerian Pariwisata, ia antara lain akan mempromosikan keindahan bawah laut Maluku.

”Saya jatuh cinta...”
Pertalian Dayu dengan dunia bawah laut berawal ketika ia mempromosikan wisata Indonesia ke Moskwa, Rusia. Kala itu, Dayu sebagai pemenang III Puteri Pariwisata 2010 malu karena hanya tahu tentang kekayaan laut Indonesia dari buklet Kementerian Pariwisata.

Ia terkaget-kaget menyaksikan antusiasme masyarakat dunia untuk menyelam di perairan Indonesia. Sepulang dari Moskwa, Dayu bertekad belajar menyelam. Dari ajakan instruktur selamnya, Dayu lalu menjajal ajang pemilihan Miss Scuba.

Dayu masih terkenang pengalaman pertamanya menyelam di Pulau Selayar, Sulawesi Selatan. Dimanjakan oleh keindahan surga bawah laut Selayar, Dayu benar-benar jadi ketagihan menyelam. ”Tempat yang indah banget. Saya jatuh cinta…,” kata Dayu.

Dari sekadar bersenang-senang di laut, Dayu lantas terlibat pada upaya konservasi. Semangat konservasi lingkungan, menurut Dayu, diwarisinya dari sang ayah yang bekerja di Kementerian Kehutanan dan aktif dalam kegiatan konservasi. Sejak kecil, Dayu selalu tinggal di wilayah konservasi mengikuti ayahnya yang pindah tugas setiap lima tahun sekali. Ia antara lain pernah tinggal di pusat konservasi orang utan di Tanjung Puting, Kalimantan Tengah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com