Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/06/2013, 20:25 WIB

KOMPAS.com – Meluangkan waktu berkualitas bersama keluarga sekarang ini sulit untuk didapatkan. Kesibukan orangtua membuat masing-masing sulit berkumpul bersama anak. Lantas bagaimana cara untuk meluangkan waktu bersama?

Menurut hasil riset yang diadakan oleh SariWangi bersama Divisi Riset Kompas Gramedia terhadap 200 ibu rumah tangga usia 25 - 35 tahun di tiga kota besar di Indonesia, 65 persen responden sudah memiliki kebiasaan berkumpul rutin bersama keluarga, dan 96 persen merasa membutuhkan waktu bersama yang lebih lama.

Riset ini menggunakan metode telesurvey dengan tujuan untuk mengetahui pola waktu berkualitas bersama keluarga di tengah padatnya aktivitas sehari-hari. Nah, dari survei tersebut juga terlihat, meski kebiasaan bertemu keluarga sudah rutin dilakukan, kualitas hubungan belum tentu didapatkan.

“Meski hasil survei sudah diketahui, namun walau sudah memiliki waktu luang bersama keluarga, belum tentu waktu tersebut berkualitas. Itu bisa disebabkan karena (anggota keluarga) disibukkan dengan gadget masing-masing,” ungkap Melinda Savitri, Brand Manager SariWangi, saat talkshow “SariWangi 15 Menit Sehari untuk Kebersamaan yang Asli”, di restoran Kembang Goela, Jakarta, Selasa (4/6/2013).

Padahal, menurutnya, hanya dalam waktu setidaknya 15 menit sehari, kebersamaan keluarga dapat diciptakan dengan cara yang sederhana. Misalnya, bermain di rumah, membaca bersama, makan bersama, membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR), atau shalat berjamaah. Bila ada waktu lebih, bisa nonton bersama keluarga, atau jalan-jalan keluar rumah.

“Yang penting apapun kegiatan yang dilakukan bersama, setidaknya mempunyai fokus untuk tercipta momen berbicara dari hati ke hati, dan ada kesan di dalamnya,” tambah Melinda.
 
Psikolog keluarga Anna Surti Ariani, Psi, menduga adanya budaya bisu di antara anggota keluarga. Budaya bisu yang dimaksudkan adalah, kebersamaan rutin dilakukan tapi tidak ada aktivitas saling berbicara dari hati ke hati. Jadi, hanya berkumpul bersama namun satu sama lain sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri.

"Secara psikologis ada efeknya. Jika kurang berbicara lalu ada sesuatu yang dipendam, akan berpengaruh pada kegiatan sehari-hari. Akibatnya ada ekspresi yang kurang pas dilakukan,” jelasnya.
 
Budaya ini akan mengakibatkan suasana dingin yang terkadang dianggap normal, meskipun sebenarnya ada masalah terpendam.
 
“Punya kegiatan berkumpul bersama yang sudah dirutinitaskan itu wajib dipertahankan. Akan tetapi, dibutuhkan kebersamaan yang asli, ada pemaknaan di dalam emosional satu sama lain. Di dalamnya terjadi komunikasi, keberadaan fisik, ada sentuhan, aroma, bahasa tubuh, hingga ekspresi yang ditampilkan,” papar Anna.
 
Untuk itulah, SariWangi mencanangkan gerakan “SariWangi 15 Menit Sehari”, untuk mengajak keluarga Indonesia menjadikan kebersamaan keluarga sebagai rutinitas yang lebih bermakna.
 
“Memang setiap keluarga memiliki tradisi masing-masing, dan itu tergantung masing-masing keluarga apa yang dianggap nyaman. Maka, itu yang perlu dihadirkan. Meningkatkan kebersamaan tidak didapatkan secara instan, semua dibutuhkan proses. Jadi, mulailah dari sekarang untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan bahagia,” tandas Anna.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com