Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/06/2013, 13:46 WIB

KOMPAS.com - Setiap orangtua adalah sumber yang menentukan cerdas dan sukses tidaknya anak di kemudian hari. Oleh karena itu, usia 0 sampai 5 tahun yang menjadi usia emas anak seharusnya tidak dilewatkan begitu saja. Namun, banyak orangtua baru yang belum mengerti bagaimana pola asuh anak yang tepat untuk memaksimalkan periode emas ini.

Pakar pengasuhan anak Carrie Lupoli memahami betul kondisi ini.

“Dulu saya berpikir berat jadi seorang ibu, dan betapa pentingnya punya banyak pengetahuan,” tuturnya, saat konferensi pers program The Joy of Learning di restoran Harum Manis, Apartemen Pavilion, Jakarta, Jumat (14/6/2013) lalu.

Perempuan yang dijuluki “Chief Mum” untuk situs keluarga dan pengasuhan anak Mumcentre.com ini senang bisa berbagi pengalaman dengan banyak orangtua, terutama yang baru pertama kali menjadi ayah dan ibu. Menurutnya, yang sering kali terabaikan oleh orangtua adalah bagaimana perkembangan otak anak ditentukan sejak anak masih bayi dan balita.

Menurut Carrie, yang memulai program pengasuhan “Live and Learn Asia” di Singapura sejak tahun 2008, perkembangan otak terbaik pada anak dimulai sebelum usia lima tahun. Sebab, di masa-masa inilah anak menyerap apa pun yang ada di sekitarnya. Ibarat sebuah komputer baru yang mengunduh software, mau diisi dengan musik atau dokumen apa saja, orang tua lah yang menentukan.

“Maka, bayangkan jika selama lima tahun itu yang mereka unduh adalah hal-hal positif yang turut mengembangkan fungsi otak mereka,” ujar Carrie, yang meraih gelar Master of Art in Special Education dan Master of Education in School Administration and Leadership.

Pada periode usia tersebut anak-anak lebih suka bermain. Dalam hal ini, pilihan mainan pun menjadi bagian penting, karena turut menentukan apa yang bakal diserap nantinya. Karena itu membeli mainan tidak bisa seperti halnya membeli baju; efeknya jelas berbeda. Jika selama ini Anda hanya memilih mainan karena bagus bentuknya atau warnanya yang mencolok, lebih baik pikirkan lagi fungsi dari mainan itu sendiri.

Perhatian utama orangtua saat memilih mainan juga tidak hanya dari keamanan pakainya, tapi juga bagaimana agar mainan tersebut bisa melatih anak mengenali sekitarnya, menjadi sabar, mengontrol emosi, dan lainnya.

Carrie lalu menganjurkan agar orangtua menggunakan mainan untuk berinteraksi, dan sekaligus belajar. Caranya dengan tidak membiarkan si anak main sendirian, tapi menemaninya. Biasanya anak akan lebih senang dan mampu berkreasi dengan mainannya jika ditemani orangtuanya, daripada jika ia main sendiri.

“Untuk orangtua, saya ingin tekankan agar mengetahui apa yang terbaik untuk anak, membantu mereka melatih emosi dan tindakannya, tidak hanya (mengutamakan) IQ,” ujarnya menekankan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com