Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Ketangguhan Pelari Kenya

Kompas.com - 16/06/2013, 05:12 WIB

Bukan kebetulan atau suratan takdir jika 31 pelari maraton putra tercepat dunia berasal dari hanya dua negara Afrika bertetangga: Kenya dan Etiopia. Dua negara ini semacam pabrik alami penghasil pelari-pelari jarak menengah dan jauh kelas dunia, termasuk maraton.

Setiap tahun, dua negara itu tak pernah sepi didatangi para pelari dari seluruh penjuru dunia untuk menggembleng diri. Begitu juga sebaliknya, hampir tidak ada ajang lari jarak jauh dan maraton di dunia yang tidak dijamah pelari Kenya dan Etiopia. Dan biasanya, pelari dari dua negara itu pula yang kerap tampil juara.

”Rahasianya adalah berlatih secara serius. Tidak ada hal lain yang dilakukan pelari Kenya kecuali berlatih dan berlatih,” ujar Ngare Joseph, pelari Kenya yang tampil di BII Maybank Maraton Bali 2013, di Nusa Dua, Bali, Sabtu (15/6). ”Kami bangun pagi, lalu latihan lari. Pukul 10.00, kami berlatih lagi. Sore latihan lari. Tiga kali sehari. Begitu seterusnya setiap hari, setiap hari, hingga kami menjadi pelari-pelari tangguh.”

Joseph mengungkapkan, dengan porsi jarak tempuh yang disetel di tiga sesi latihan itu, pelari Kenya rata-rata berlatih lari menempuh jarak sekitar 50 kilometer per hari.

Dengan kata lain, lari maraton sejauh 42,195 kilometer ibarat sudah menjadi makanan sehari-hari mereka. Joseph menyebutkan, ada lima kamp pemusatan latihan lari yang terkenal di Kenya: Iten, Ngong, Nyahururu, Embu, dan Nanyuki. Kelima kamp itu memiliki karakteristik dan kegunaan khusus.

Iten, Ngong, dan Nyahururu yang berada di daerah ketinggian, misalnya, cocok untuk menempa kemampuan lari di jalan raya (road race). Embu dan Nanyuki di lokasi dataran lebih rendah pas untuk memoles kegesitan berlari di jalur trek. ”Banyak pelari Jepang berlatih di Nyahururu. Kira-kira ada ratusan,” kata Joseph.

Dari kelima kamp tersebut, Iten kerap disebut media massa internasional. Daerah itu berada di ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut. ”Iten tempat sangat bagus untuk berlatih. Lokasinya di daerah ketinggian. Begitu banyak atlet top level berlatih di sana dan tampil sangat bagus,” kata Wilson Kipsang Kiprotich, pelari Kenya, seperti dikutip situs berita New York Times, Mei 2012.

Kipsang pelari yang menorehkan catatan waktu maraton terbaik kedua dunia (2 jam, 3 menit, 42 detik). Ia meraih perunggu Olimpiade London 2012 dan 10 ajang maraton kelas dunia, termasuk Maraton London 2012.

Berdasarkan laporan sejumlah media, tidak ada fasilitas istimewa di Iten dan kamp-kamp pelatihan lari di Kenya. Lintasan lari untuk latihan berupa tanah berdebu. Jika disiram hujan, lintasan itu langsung tergenang.

Meski begitu, dari sanalah lahir pelari-pelari top dunia. Masih terus jadi perdebatan: apakah sukses Kenya lebih karena faktor fisiologi, iklim dan cuaca, ketinggian, asupan, atau faktor genetika? Tidak ada faktor tunggal yang bisa memberi penjelasan memadai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com