Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/06/2013, 10:33 WIB

KOMPAS.com — World Health Organization (WHO) menyebutkan, ada empat gangguan kesehatan yang sering menyerang anak, yaitu flu, radang tenggorokan, diare, dan tifus. Semua gangguan kesehatan ini berkaitan dengan daya tahan tubuh. Artinya, kalau daya tahan tubuh lemah, anak lebih berisiko terkena gangguan kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, mewaspadai gangguan-gangguan kesehatan ini akan membantu ayah-ibu untuk menjaga anak-anaknya agar terhindar. Ada pun gangguan-gangguan kesehatan itu adalah:

1. Flu
Sering disebut dengan influenza. Penyebabnya adalah virus influenza. Gejalanya diawali dengan batuk-pilek, demam/panas tinggi, anak menggigil, sakit tenggorokan, otot pegal-pegal, dan mata terasa panas dan merah.

Penanganan:
Kebanyakan influenza akan sembuh dengan sendirinya (self limited disease) asalkan anak beristirahat yang banyak, mengonsumsi vitamin C, dan diberi minum yang banyak. Jadi, tak perlu buru-buru memberikan obat antibiotik. Cukup diobati sesuai gejalanya. Misalnya, kalau demam, beri penurun panas. Kalau batuk, beri obat batuk.

Pencegahan:
Mengingat virus flu menular lewat udara ataupun bersin, sebaiknya anak menggunakan masker sehingga virus tidak menular melalui udara maupun percikan ludah.

2. Radang tenggorokan
Radang tenggorokan (faringitis) sejatinya adalah infeksi pada tenggorokan. Paling banyak menyerang anak usia batita dan akan menyerang saat daya tahan tubuh kurang baik, misalnya karena kurang beristirahat. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan penularannya melalui butiran halus air ludah (droplet) yang mengandung kuman yang ada di udara dan terhirup saat bernapas.

Gejalanya, demam, sakit tenggorokan, batuk, linu-linu pada otot, sakit kepala, serta keluar air mata, tapi mata tak berwarna merah. Namun, jika terkena cahaya, mata akan merasa silau. Biasanya anak menjadi kurang aktivitasnya, banyak diam, dan terkadang rewel.

Kejadian radang tenggorokan wajar antara 6-7 kali per tahun. Jika lebih dari itu, orangtua harus waspada. Biasanya, ini terjadi pada anak-anak yang alergi atau yang daya tahannya kurang. Pada anak dengan alergi atau yang daya tahan tubuhnya kurang, mudah terkena radang tenggorokan.

Penanganan:
Umumnya radang tenggorokan dapat sembuh sendiri meski tak diobati, cukup dengan banyak istirahat dan makan makanan bergizi. Biasanya pemberian obat berupa obat simptomatik untuk mengatasi gangguan yang terjadi. Bila ringan, radang tenggorokan perlu minimal 3-5 hari untuk penyembuhan. Pemberian antibiotik dilakukan bila dijumpai demam mendadak. Ada pembesaran kelenjar getah bening di sekitar leher, ada detritus (warna "keputihan" di tenggorokan), dan peningkatan sel darah putih.

Pencegahan:

Pencegahan radang tenggorokan ialah dengan menjauhkan anak dari orang yang terkena radang tenggorokan. Jika tak memungkinkan, anak bisa menggunakan masker. Selain itu, berikan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.

3. Diare

Anak dikatakan diare bila buang air besar (BAB) lebih dari empat kali dalam kurun waktu 24 jam atau satu kali BAB encer dan menyembur (mencret). Diare merupakan salah satu gejala adanya gangguan atau penyakit infeksi saluran cerna. Biasanya, diare berkaitan dengan tingkat higienis yang rendah. Penyebabnya bisa oleh rotavirus, bakteri, atau bahan yang tidak dibutuhkan tubuh. Umumnya, akibat rotavirus yang masuk lewat mulut. Penanganannya tidak lantas dengan memberikan obat antidiare. Biarkan tubuh mengeluarkan hal-hal tak perlu dari tubuhnya.

Penanganan:
Selama diare berlangsung, anak harus selalu mendapat asupan nutrisi dan cairan. Jika masih bayi, beri asupan ASI. Suplai harus lebih banyak ketimbang yang dikeluarkan tubuh. Bantu juga dengan pemberian larutan gula-garam atau oralit, atau oralit khusus anak. Berikan setiap kali anak sehabis diare. Pemberian pada anak di bawah 2 tahun sebanyak 50-100 ml cairan oralit maupun cairan rumah tangga. Anak di bawah 10 tahun beri cairan sebanyak 100-200 ml. Di usia 10 tahun ke atas, berikan cairan sebanyak yang diinginkan.

Selama diare, sebaiknya hindari buah-buahan, kecuali pisang. Kandungan zat pektin dalam pisang dipercaya mampu mengeraskan tinja. Cara yang dilakukan ini untuk menghindari anak dari dehidrasi sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh. Diharapkan tubuh anak akan mampu memusnahkan sendiri penyakitnya. 

Bila diarenya dalam sehari itu membuat anak tampak lemas, tidak bergairah, BAB selalu cair dan menyembur, segera larikan ke rumah sakit terdekat, apalagi jika fesesnya berlendir atau berdarah (sekalipun hanya berupa bercak atau vlek).

Pencegahan:
Pencegahan diare dengan selalu menjaga kebersihan diri maupun lingkungan ialah dengan membiasakan anak untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Cucilah tangan minimal 20 detik dengan menggunakan air bersih mengalir dan sabun. Jaga kebersihan peralatan makan dan minum anak. Perhatikan pula kebersihan dan keamanan makanan anak.

4. Tifus
Dalam istilah kedokterannya, ganggguan kesehatan ini disebut dengan demam tifoid. Penyebabnya adalah bakteri Salmonella typhi. Kuman ini hidup di air kotor, makanan tercemar, dan lingkungan kotor lainnya. Masa inkubasi tifus rata-rata 7-14 hari. Gejala umumnya ialah demam dengan suhu 38-39 derajat Celcius, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau justru sembelit (sulit buang air besar) selama beberapa hari. Anak tampak lemah dan lesu.

Peningkatan suhu bertambah setiap hari dengan teratur, misalnya selalu menjelang malam hari atau selalu siang hari dan malamnya mereda. Setelah seminggu gejala demam tak hilang meski sudah diberi penurun panas, lakukan tes Widal untuk mengetahui kepastian tifus tidaknya. Biasanya pada minggu kedua gejala lebih jelas dengan demam semakin tinggi, lidah kotor, bibir kering, dan kembung.

Penanganan:
Pengobatan dilakukan dengan pemberian obat-obatan oleh dokter, banyak beristirahat di tempat tidur, tak banyak bergerak, serta banyak minum. Waktu penyembuhan bisa makan waktu dua minggu hingga satu bulan. Penderita juga dipantang mengonsumsi makanan berserat tinggi, juga makanan yang berisiko menimbulkan kontraksi pada pencernaan, seperti makanan pedas atau asam. Pasien dianjurkan mengonsumsi makanan berprotein tinggi seperti daging, telur, susu, tahu, tempe, dan lain-lain. Hal ini dapat membantu daya tahan tubuh sehingga waktu penyembuhan pun semakin cepat.

Pencegahan:
Pencegahan dilakukan dengan pemberian vaksinasi tifoid setiap tiga tahun. Anak diajarkan hidup sehat seperti mencuci tangan sebelum makan dan tidak jajan sembarangan bagi anak yang sudah lebih besar.

(Tabloid Nakita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com