Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/07/2013, 08:31 WIB
K. WAHYU UTAMI

Penulis

Sumber Dailymail

KOMPAS.com – Sebuah penelitian dari Maastricht University di Belanda bulan lalu, menemukan bahwa 75 persen orang makan berdasarkan mood atau suasana hati mereka. Saat merasa bahagia, misalnya, hormon-hormon di tubuh Anda menginginkan untuk makan makanan yang manis.

Penelitian ini dilakukan terhadap 87 mahasiswa, yang diminta menonton film atau acara TV untuk membangkitkan mood positif, netral, atau buruk. Untuk membuat mereka merasa bahagia, para murid menonton film Mr Bean dan When Harry Met Sally.

Sementara, untuk memberikan mereka mood yang netral, mereka diminta menonton film dokumenter tentang memancing. Sedangkan untuk menunjukkan mood buruk, para responden menonton film The Green Mile.

Setelah selesai menonton film tentang kehidupan para penjaga penjara di Death Row (penjara di mana para napinya menunggu eksekusi hukuman mati) tersebut, para responden langsung mengunyah kripik dan cokelat. Lalu, para peneliti mengungkapkan bahwa kalori mereka meningkat setelah menonton setiap adegan yang ditampilkan dalam film.

Para responden digolongkan sebagai pemakan yang dipengaruhi oleh emosi. Mereka akan merasa bahagia saat menonton adegan yang membuat mereka bisa mengejek, atau adegan yang membangkitkan kemarahan mereka.

"Temuan ini bisa menjadi nilai untuk pengobatan obesitas. Mereka menggarisbawahi bahwa emosi positif berpengaruh pada sikap makan berlebihan, dan ini sering diabaikan,” begitu kesimpulan para peneliti.

Ini adalah pola umum, kata psikolog makanan, Dr Christy Fergusson. "Ada dua mekanisme yang sangat berbeda terjadi ketika kita makan saat sedang senang dan ketika kita makan ketika sedang sedih," katanya.

Ketika kita merasa depresi atau bosan, kita makan untuk membawa perubahan dalam fisiognomi. Makanan memberi kita lonjakan gula dan serotonin, yang dapat mengangkat suasana hati kita.

"Saat kita santai dan bahagia, kita tidak terobsesi mengenai kalori. Kita terpengaruh pada kebiasaan tentang apa yang harus kita makan, atau apa yang tidak harus dimakan, dan kita memilih makan karena itu menjadi sumber kesenangan,” tambahnya.

Dengan kata lain, merasa bahagia dapat membuat kita mengabaikan suara larangan untuk tidak makan.

Psikolog Linda Papadopoulos menambahkan, memikirkan setiap acara perayaan, seperti ulang tahun dan pernikahan, dapat melibatkan keinginan untuk makan. Menikmati makanan tanpa mengukur kalori atau menghakimi diri sendiri adalah cara sehat untuk menikmati hidup.

"Ketika kita berada dalam keadaan bahagia, harga diri kita menjadi tinggi, dan akan meningkatkan berat badan. Inilah sebabnya mengapa orang yang sedang menjalani hubungan bahagia berat badan mereka cenderung meningkat,” jelasnya.

Ketika seseorang mencintai dan menerima Anda apa adanya, tidak masalah jika Anda membiarkan diri untuk tetap bahagia dengan menikmati makanan yang disantap tanpa memikirkan berat badan yang meningkat.  Berbagai penelitian pun secara konsisten menunjukkan bahwa perempuan yang telah menikah akan mengalami peningkatan berat badan.

Apakah hal itu terjadi juga pada Anda?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com