Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/07/2013, 11:11 WIB
Rahman Indra

Penulis

KOMPAS.com - Tingkat kekerasan terhadap anak yang dilakukan orangtua ternyata cukup tinggi di Indonesia. Entah itu karena kesalahan kecil seperti rewel, atau untuk tujuan tertentu seperti berprestasi di kelas.

Psikolog anak Seto Mulyadi mengungkapkan, dalam keluarga masih ada anak yang mendapat kekerasan. Dari mulai dijewer, dipukul, hingga di tingkat paling ekstrim: ditendang, disetrika, direndam dalam bak mandi, dan dianiaya secara seksual.

"Menjewer, membentak, dan memukul anak adalah kebiasaan yang seharusnya sudah tidak lagi dilakukan orangtua terhadap anak," ujar pria yang akrab disapa Kak Seto ini, dalam dialog "Pentingnya Pengasuhan dalam Keluarga" yang digelar di Gedung Smesco, Jakarta, Jumat (26/7/2013) lalu.

Turut hadir dalam dialog tersebut Okke Hatta Rajasa dari Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), dan Amanda dari Koran Anak Berani. Kehadiran mereka dalam rangka merayakan Hari Anak Nasional yang berlangsung dari 23 sampai 27 Juli 2013.

Pengasuhan anak tanpa kekerasan menjadi perhatian Kak Seto karena akhir-akhir ini banyak laporan yang ia terima terkait hal ini. Yang menjadi catatannya, tidak hanya orangtua, kadang lingkungan sekitar pun juga sudah tak peduli kalau ada anak tetangga atau kerabatnya yang mendapat perlakuan kasar dari orangtuanya.

"Sehari-hari kita juga akrab dengan kekerasan, lihat saja tontonan di televisi. Atau setiap ada pertandingan olahraga atau konser musik, selalu ada kekerasan di sana," ujarnya menambahkan.

Kak Seto berharap orangtua mengasuh anak dengan cara yang ramah, pendekatan yang halus tanpa kekerasan. Walaupun anak membuat kesalahan, didiklah dengan tidak menjewer atau memukul anak.

Idealnya, kata Kak Seto, orangtua mengubah cara pengasuhan mereka tanpa kekerasan. Komnas Perlindungan Anak, satgas dan pokja perlindungan anak juga diharapkannya lebih aktif mengarahkan orangtua untuk mendidik anak tanpa kekerasan. Kak Seto bahkan melihat perlu adanya gerakan nasional untuk menghentikan kekerasan terhadap anak.

Sedangkan untuk anak yang remaja, orangtua dianjurkan menjadi sahabat buat anak. Sesekali gelar majelis permusyawaratan rumah, demikian saran Kak Seto. Temukan bersama apa yang salah dari ayah, dan apa yang keliru dari bunda. Jadikan anak sahabat, bukan dengan cara kekerasan dan paksaan.

"Jangan selalu berharap anak menjadi penurut, tapi berpikiran terbuka, dan menanggapinya tanpa harus dengan kekerasan," ujar Kak Seto. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com