Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/08/2013, 11:16 WIB
KOMPAS.com - Sejatinya, tak ada orangtua yang membenci anaknya. Semua pasti sayang, ingin memberi perhatian, mengalirkan cinta dan melindunginya. Intinya, orangtua ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Sayangnya dalam penerapannya kadang kurang tepat. Maksudnya baik tapi caranya buruk sehingga terjadi miskomunikasi. Akibatnya, anak merasa kesal, tertekan, potensinya tidak tergali maksimal, dan mereka pun menjadi pembangkang.

Misal, saat anak kelelahan seusai bermain, dengan intonasi tinggi orangtua menanyakan pekerjaan rumah. Anak pun kesal, sehingga mengerjakan pekerjaan rumah tidak maksimal.
Kasus lainnya, orangtua mungkin ingin menciptakan anak mandiri, lalu memasang berbagai target untuk dicapai anak. Anak harus sudah mandiri di usia prasekolah, harus sudah bisa baca tulis sebelum masuk sekolah dasar, sudah pandai berhitung, tidak boleh telat bangun pagi, dan sebagainya.

Tujuan orangtua mungkin mulia, berharap anak mandiri, cerdas, punya komitmen, dan perilaku positif lainnya. Namun, dalam keseharian anak justru merasa tertekan dan terbelenggu dengan berbagai aturan. Saat bangun pagi, anak dipaksa bangun, "Ayo bangun, nanti terlambat ke sekolah". Berlanjut di siang hari saat anak pulang sekolah, "Buka baju seragamnya, sepatunya, jangan lupa letakkan semuanya di tempat cucian!" Demikian pula saat waktu tidur siang, mandi sore, makan malam, belajar, anak dipenuhi dengan berbagai tuntutan.

Kalimat yang digunakan orangtua pun berintonasi tinggi, satu arah, tanpa memedulikan emosi dan kondisi anak.

Menurut Monica Sulistiawati, MPsi, Psi, CHt, psikolog dari Personal Growth Counseling and Development, apa yang dilakukan orangtua boleh jadi keliru karena memposisikan diri lebih tinggi dari anak. Padahal, saat berkomunikasi dengan anak, orangtua sebaiknya memposisikan diri sejajar dengan mereka.

Ia menyarankan, dengarlah apa yang anak rasakan, inginkan, apakah mereka nyaman atau tidak degan pilihan kata yang Anda ucapkan.

(Tabloid Nakita/Irfan Hasuki)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com