Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marischka Prudence: "Indonesia itu Indahnya Keterlaluan!”

Kompas.com - 20/08/2013, 11:31 WIB
KOMPAS.com - Angin yang terperangkap di dalam taman di tengah sebuah mal besar di Jakarta Pusat itu mempermainkan helai-helai rambut Marischka Prudence. Kami memanggilnya Prue. Warna coklat helaian yang tertimpa matahari jelang sore itu menciptakan ilusi gurat halus keemasan di udara. Seakan sayap-sayap yang ingin membawa tubuh Prue lepas terbang bertualang.

”Aku selalu ingin mencoba sesuatu yang baru,” ujar Prue di sebuah kafe, persis di depan taman berangin itu. Hanya sebotol air putih tersisa di meja. Rupanya dia agak lama menunggu sehingga cangkir kopi pun sudah dibersihkan. Namun, senyum Prue tetap terkembang. Dia bersemangat menceritakan petualangannya, mencicipi surga-surga di Tanah Air.

Baru seminggu sebelum bertemu kami, Prue kembali dari Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Dalam perjalanan itu, Prue didaulat menjadi salah satu pemeran dalam dokumenter drama perjalanan yang bermisi mengenalkan keindahan Derawan. Di sana, ada Pulau Kakaban dengan danau air payau berpenghuni ribuan ubur-ubur yang tidak menyengat. Maka, menyelamlah Prue ke perut danau, bermain dengan mahluk transparan itu.

Di Pulau Sangalaki, masih di Derawan, Prue takjub menyaksikan penyu bertelur di pantai dalam kegelapan malam. Hitamnya malam menjadi panggung mewah taburan bintang, menyempurnakan pertunjukan alam itu.

Indonesia keterlaluan!
Pada perjalanan lain, sekadar menikmati matahari terbenam di Jailolo, Halmahera, bagi Prue adalah keajaiban. Sang Kuasa seperti tengah melukis dan sesekali berubah pikiran. Guliran matahari ke barat diwarnai semburat kuning, berganti oranye, ditingkahi biru, dan puncaknya merah semerah darah membungkus senja.

”Momen seperti itu selalu membuat aku merasa beruntung dan dalam hati berucap ’terima kasih saya bisa ada di sini’,” ujar Prue.

Kisah penjelajahan itu ditumpahkan Prue dalam blog dan jaringan sosial. Bening air seperti kaca, putih pasir, biru langit, hijau gunung, dan semarak festival membawa para pembaca blog yang ditulis Prue hijrah ke belahan lain Nusantara, ikut menikmati dunia yang disodorkan Prue.

Prue hadir di era kemajuan teknologi informasi membuka ruang-ruang baru bagi warga untuk memiliki media. Sosok Prue memberikan warna tersendiri. Kicauan tentang perjalanannya di sebuah jaringan pertemanan diikuti sekitar 160.000 orang. Blognya yang aktif sejak September 2012, www.marischkaprudence.blogspot.com, disambangi sekitar 20.000 pengunjung per bulan.

”Banyak yang mulai melirik blog personal sebagai tempat mencari referensi perjalanan. Blog itu sudah seperti media yang hidup,” ujarnya.

Prue sempat terbengong-bengong ketika menerima telepon "aneh" dari seorang petugas sebuah penginapan di Pulau Weh, di ujung utara Sumatera. Orang di ujung telepon berterima kasih karena kamar yang pernah ditempati Prue di penginapan itu tidak pernah kosong lagi dan penghuninya kebanyakan wisatawan Nusantara. Prue rupanya pernah menulis tentang pemandangan indah yang dilihatnya dari kamar itu.

”Aku juga senang ketika ada komentar pembaca yang datang ke tempat yang pernah aku kunjungi. Rasanya seperti dapat kado gede,” ujar Prue disambung tawa renyah.

Dari limpahan pilihan destinasi, Prue paling sering berwisata alam. ”Pantai dan laut menjadi destinasi kesukaanku, terutama di Indonesia,” ujar Prue yang mengantongi sertifikat selam dari Scuba Schools International demi ”mengintip” isi laut Nusantara.

Jalan ke luar negeri, kata Prue, tentu penting guna meraup pengetahuan kehidupan di negeri lain, tetapi beri jatah untuk Indonesia. ”Dari lima perjalanan, misalnya, satu kali di dalam negeri. Aku tipe yang dari sepuluh kali perjalanan, sembilannya untuk Indonesia. Kita sudah hidup di sini. Sayang kalau dilewatkan. Indonesia itu indahnya keterlaluan!” ujar Prue dengan mata bersinar-sinar.

Sayangnya, banyak destinasi kekurangan infrastruktur pendukung wisata. Dia mencontohkan, banyak tempat bagus yang sulit dan kadang mahal menjangkaunya. Tidak semua orang mau bersusah-susah tanpa tahu yang bisa didapatnya nanti. ”Tiket ke Singapura, misalnya, lebih murah ketimbang ke Jayapura. Kalau tidak ada tiket promo ke Indonesia Timur, orang pilih terbang ke luar negeri,” ujarnya.

Melepas pekerjaan tetap
Seperti sebuah pertanda, jalan hidup Prue pun serupa petualangan. Lulus dari bangku sekolah menengah atas, Prue terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Kriminologi di Universitas Indonesia. ”Barangkali karena aku senang film detektif, yah. Itu sebetulnya pilihan cadangan,” ujar Prue yang mengidamkan masuk ke fakultas seni rupa dan desain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com