Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/08/2013, 13:25 WIB
KOMPAS.com — WHO menganjurkan anak-anak yang gemuk perlu mendapatkan solusi sehat untuk mengatasi kegemukannya. Namun, perlu diingat, anak sedang dalam masa pertumbuhan, baik tulang maupun tubuhnya. Pertumbuhannya pun berbeda antara anak perempuan dan laki-laki.

Perhitungan target penurunan berat badan sebaiknya mengembalikan konsep berat badannya. Namun, targetnya tidak harus turun sekian kilogram dalam waktu tertentu, misalnya 1-3 bulan, tetapi biasanya diberi waktu sekitar 6-12 bulan. Bagaimana pun anak harus bertumbuh dan berkembang sehingga tetap membutuhkan kalori yang cukup.

Apabila orangtua salah memasang target dan melakukan upaya diet ketat pada anak, maka dapat menimbulkan kemungkinan beberapa masalah, di antaranya:

1. Gangguan makan.
Jika anak diajarkan diet ketat dengan menahan makan, sesudahnya ia seolah "balas dendam" dengan makan berlebihan. Kalau dirinya merasa bersalah telah makan berlebihan, akan dibayarnya dengan berpuasa atau diet ketat. Gangguan ini disebut Binge Eating Disorder. Hal ini akan berulang dan berlanjut hingga dewasa. Pada beberapa anak dan remaja, ada juga yang dengan sengaja memuntahkan makanan yang sudah dimakannya dengan menyodok tenggorokannya. Kondisi ini disebut Bulimia Nervosa. Efeknya mulai karies gigi karena terkikis asam lambung, dehidrasi, hingga muntah yang tak terkontrol.

2. Berat badan yoyo.
Diet ketat pada anak memang menyebabkan berat badannya cepat naik dibandingkan sebelumnya. Istilahnya seperti yoyo sehingga anak seumur hidupnya akan berusaha menurunkan berat badan karena berulang kali sering gagal.

3. Problem dengan rasa percaya diri.
Kondisi fisik tubuh anak yang gemuk sering kali menjadi cemoohan di lingkungan teman-temannya sehingga anak mempunyai konotasi negatif tentang dirinya dan merasa dirinya tidak berharga.

(Tabloid Nakita/Dedeh Kurniasih, Irfan Hasuki)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com