Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/08/2013, 14:12 WIB
KOMPAS.com - Dahulu, Mira Yudhawati (31) menganggap kopi sekadar bagian dari pekerjaannya. Kini, kopi adalah dunia yang dicintainya. ”Dunia hitam” yang membawa dirinya menjadi satu dari segelintir perempuan Q Grader, pencicip kopi profesional, di Indonesia.

Di dalam bangunan kantor yang mirip kastil itu, aroma kopi mengharumi segala sudut ruangan. Mira muncul dengan sapaan renyah yang menyejukkan udara siang yang tengah panas menyengat. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan sedikit ikal di bagian ujung yang menyentuh pundak. Bola matanya yang berbingkai eyeliner tipis tampak berbinar-binar bersemangat. ”Minum kopi, ya?” ajaknya.

Pembawaannya yang serba lugas dan apa adanya terasa selaras dengan karakter kopi yang ”kencang”. Menjadi perempuan penyandang ”gelar” Q Grader di Indonesia terbilang prestisius di dunia perkopian. Seorang Q Grader secara sederhana adalah pencicip kopi profesional yang diakreditasi oleh lembaga internasional, Coffee Quality Institute, yang berbasis di Amerika Serikat.

Dengan demikian, seorang Q Grader diakui kemampuannya dalam industri kopi dunia untuk menegakkan penilaian terhadap kopi dengan mencicipinya serta menguak kompleksitas cita rasa dan aromanya secara obyektif. Cita rasa kopi bukan diukur berdasarkan selera pribadi. Peran seorang Q Grader pun menjadi cukup krusial dalam menjembatani proses transaksi antara penjual dan pembeli dalam industri kopi dunia.

Mira merupakan satu dari 61 Q Grader di Indonesia saat ini, sembilan di antaranya perempuan. Di seluruh dunia, saat ini, baru sekitar 1.000 Q Grader yang terakreditasi. Mira termasuk angkatan pertama Q Grader di Indonesia sejak program sertifikasi itu terlaksana tahun 2009 dengan diorganisasi Specialty Coffee Association of Indonesia.

”Kami diuji ketat, mulai dari green grading seperti memilah biji kopi green beans yang cacat, roast identification, coffee cupping, tes triangulasi, sampai sensory test. Setiap hari tegang banget, menunggu pengumuman apakah kami lulus di setiap tahapan. Tidak semua peserta bisa lulus,” kata Mira, mengenang momen program Q Grader yang diikutinya dahulu.

Dalam coffee cupping, misalnya, peserta ujian dituntut untuk mengobservasi cita rasa dan aroma kopi yang telah diseduh dengan menyeruputnya secara cepat. Syaraf-syaraf indera pengecap dan penciuman Mira harus benar-benar tajam dan fokus dalam menangkap segala kompleksitas kopi yang terpendam, mulai dari keasaman, asin, manis, dan pahit. Belum lagi aroma floral (bunga-bungaan), fruity (buah-buahan), nutty (kacang-kacangan), spicy (rempah), dan seterusnya.

Dalam secangkir kopi yang hitam pekat itulah, Mira menemukan dunianya. ”Padahal, dulu awal terjun di industri kopi, saya belum menikmatinya seperti sekarang ini,” cerita Mira.

Hampir 10 tahun lalu, Mira putar haluan memutuskan meninggalkan dunia hiburan, sebagai manajer band, yang sempat dilakoninya. Sang ayah yang tak merestuinya membuat Mira meninggalkan dunia hiburan, lalu tanpa sengaja bergabung dengan perusahaan kopi besar.

Tahun-tahun pertama di dunia perkopian dijalaninya dengan biasa-biasa saja, hanya mengejar target penjualan. Baru setelah berpindah ke Caswells Coffee, perusahaan pemasok kopi, syaraf-syaraf kesadaran Mira lebih terbuka dan jatuh cinta pada kopi. Betapa kopi membuatnya bergairah dalam menemukan kekuatan dirinya.

Juri dari Indonesia
Menjadi seorang Q Grader, kata Mira, pada akhirnya turut berkontribusi meningkatkan kualitas kopi Indonesia, khususnya arabika, yang dihasilkan petani. Seorang Q Grader dapat menerjemahkan keinginan pasar akan kualitas kopi kepada pihak produsen.

Mira menjelaskan, perlakuan mulai dari masa tanam, pascapanen, hingga perlakuan seduh oleh seorang barista punya peran penting dalam membentuk hasil akhir cita rasa suatu jenis kopi. Kopi dapat mencapai karakter terbaiknya ketika setiap tahapan tersebut mendapat perlakuan yang sepatutnya.

Soal kopi Indonesia sendiri, Mira sendiri tak henti-hentinya merasa kagum pada potensi keragaman kopi di Indonesia, baik yang telah dikenal dunia maupun yang masih ”tersembunyi”.

”Saya pernah dapat kopi dari daerah Solok, Sumatera Barat, yang... waduh enak sekali. Sayangnya, petani jarang tahu apakah kopinya itu enak atau tidak. Seperti anak seorang petani kopi di Solok, dia menghubungi dan meminta saya untuk mencicipi kopinya. Bagaimanapun, kopi itu tergantung selera,” ujar Mira, yang kini tengah menyenangi kopi berkarakter fruity.

Aroma buah-buahan yang tengah digemarinya dari kopi barangkali menandai sikapnya mengenai kopi saat ini, yakni bagian dari kegembiraan hidupnya. Ibu satu anak ini tahun ini baru saja lolos terdaftar sebagai juri dari Indonesia dalam World Barista Championship (WBC) 2013-2014. Untuk terdaftar sebagai juri tersebut tentu saja Mira harus menjalani ujian yang ketat. Dengan titel juri dunia tersebut, Mira berhak menjuri dalam berbagai pergelaran WBC selama kurun waktu tertentu.

Mira berkeyakinan, Indonesia haruslah unggul dalam segala aspek dalam dunia perkopian. ”Masak malah negara-negara lain yang kebun kopi saja enggak punya…,” cetusnya masygul.

Berbincang-bincang tentang kopi dengan Mira memang tak akan cukup hanya dengan secangkir kopi. Siang telah berganti malam dan kami pun berpindah tempat ke kedai kopi mungil miliknya, Headline, di sekitar Kemang, Jakarta Selatan. Wajah Mira pun semringah bercahaya ketika menemui teman-temannya, yang dijulukinya orang-orang kopi, tengah berkumpul di sudut kafe.

Seperti kopi yang membikin terang pikiran, Mira membuat gelapnya malam menjadi terasa lebih hidup.
 
Mira Yudhawati               
Lahir: Bogor, 11 Juli 1982
Suami: Resha Nareshwara
Anak: Shinna Shamira Nareshwara
Pengalaman:
    Barista Certification, Gastrodome University, Kuala Lumpur, 2008
    Q Grader Licensed, Coffee Quality Institute, 2009 & 2013.
    Star Cupper Licensed, Specialty Coffee Association of America, 2009
    1st Indonesian Certified WBC Sensory Judge 2013-2014, World Coffee Events

Pekerjaan:
    Sales & Marketing Manager PT Javarabica (Caswells Coffee) sejak 2009
    Marketing Manager PT Sari Opal Nutrition (Opal Coffee), 2004-2009

(Sarie Febriane)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com