Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/08/2013, 12:55 WIB
Wardah Fazriyati

Penulis

KOMPAS.com - Kreativitas merupakan life skill yang semestinya dimiliki setiap pribadi agar bisa menjawab berbagai tantangan. Termasuk menjawab tantangan orangtua dalam mengasuh anak.

Seperti apa kreativitas orangtua dalam mengasuh anak? Cara Rosa Amarlis (37), General Manager Power Brand Communications (advertising agency), bisa menjadi salah satu inspirasinya.

Ibu dari Wulan Tsabita Anandisa (13), dan Q Lail Anandyo (9), ini punya cara kreatif dalam mengasuh anak. Alhasil, kedua anaknya pun tumbuh sebagai pribadi mandiri, kritis, juga peka dan punya empati tinggi terhadap lingkunganya.

Menurut perempuan yang akrab disapa Oca ini, cara berpikir kreatif menjadi bekal dalam menjalani apa pun.  "Kreatif itu mindset. Hidup banyak tantangan yang harus disikapi dengan cara kreatif," ungkapnya saat berbincang bersama Kompas Female di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (29/8/2013).

Dengan memiliki pola berpikir keatif inilah, Oca menerapkan pola pengasuhan yang tak sama untuk setiap anak, juga berbeda dari keluarga kebanyakan. Contohnya, ritual ibu bekerja seperti menelepon anak untuk menanyakan kabar di rumah dilakukan dengan cara yang tak monoton. Alih-alih menanyakan hal biasa seperti "Sudah makan atau belum?", "Sedang apa di rumah?", Oca memilih pertanyaan lain yang jauh dari kesan formalitas atau membosankan.

"Saya lebih suka menanyakan ke anak saya mengenai hal menyebalkan apa yang dialaminya hari itu, ketimbang sekadar memastikan kebutuhan fisiknya terpenuhi seperti sudah makan atau belum. Anak-anak juga bisa menganggap ibunya membosankan jika setiap hari menelepon hanya menanyakan soal makan misalnya. Secara fisik boleh saja oke, tapi apakah anak menderita secara mental, ini yang saya perhatikan," ungkapnya.

Menanyakan kabar anak dengan ragam obrolan berbeda setiap  harinya hanya satu dari sekian cara pengasuhan kreatif ala Oca. Selain itu, ia juga menerapkan pola pengasuhan yang edukatif namun lebih aplikatif. Misalnya, saat anak pertamanya berusia tujuh, Oca mengajak Wulan jalan kaki dari rumah di kawasan Rawamangun ke mal terdekat. Oca bukan sekadar ingin meluangkan waktu bersama, namun ia tengah membangun kemandirian anak dengan mencontohkan. Oca menceritakan bagaimana ia mencontohkan anaknya cara aman berjalan kaki di jalan raya. Apa bedanya jika berjalan di sisi kanan atau kiri. Bagaimana cara aman menyeberang. Semua pembelajaran ini diaplikasikan langsung bukan semata lewat kata.

"Saat anak saya terpisah dengan asisten rumah tangga ketika jalan di mal, anak saya tahu jalan pulang, padahal usianya baru tujuh tahun," ungkapnya bangga atas caranya memberikan edukasi aplikatif kepada anak-anaknya.

Oca juga sering memancing anak berpikir kritis. Ia memodifikasi gaya orangtuanya dulu dalam mengasuh anak. Oca berkisah, saat kecil ia punya jadwal rutin setiap malam untuk duduk bersama sang ayah menonton siaran berita, kemudian berdiskusi bersama ayahnya. Meski setelah punya anak, Oca tak menerapkan cara yang persis sama, ia juga mengajak anak berdiskusi, mendengarkan pendapat anak, dari tontonan yang disaksikan bersama anak-anaknya, termasuk berita.

"Saya tidak mengharuskan anak saya nonton berita seperti yang dilakukan ayah saya dulu. Tapi saya memancing anak untuk kritis dengan menanyakan pendapatnya saat menonton berita bersama," katanya.

Memulai obrolan dengan cara apa pun bersama anak menjadi kebiasaan di keluarga kecil Oca. Alhasil, berbagai topik pun kerap dibahas bersama kedua anaknya. Bahkan topik yang mendalam seperti kematian pun dibahasnya.

"Saya menyiapkan yang terburuk. Kadang saya membahas kematian, bagaimana anak-anak sebaiknya bersikap kalau ayah ibunya meninggal. Obrolan semacam ini bisa dibahas kapan saja, tak selalu menunggu momen. Apa pun bisa jadi bahan obrolan," ujarnya.

Meski tak semua orang sepakat dengan cara Oca dalam memilih topik obrolan, termasuk sang suami, ia meyakini dengan diajak berbincang santai dan berpikir kritis, anak akan terbangun karakternya. Benar saja, Oca mengaku kedua anaknya memiliki kemandirian dan kecerdasan berpikir. Ia pun merasa diberkati, karena kedua anaknya bisa memahami kondisi orangtuanya, dan mudah untuk diberikan pengertian.

"Saat liburan tiba, kalau saya benar-benar sibuk dan tak bisa berlibur bersama anak-anak, mereka memahami dan tak lantas merengek meminta liburan. Mereka sangat mandiri dan pengertian dengan orangtuanya," tuturnya.

Bagi Oca, pola asuh yang diterapkannya merupakan hasil pembelajaran sepanjang hidupnya. Ia mengaku merasa beruntung dibesarkan dengan situasi yang sangat dinamis, dalam keluarga yang mengalami pasang surut. Perjalanan semasa kecil hingga dewasa inilah yang membentuk pola asuh perempuan berdarah Padang dan Solo ini. Selain kemandirian dan kreativitas yang juga menjadi kunci dalam pengasuhan anak di keluarganya.

Bagaimana dengan Anda, cara kreatif seperti apa yang diterapkan dalam mengasuh anak?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com