Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Laki-laki Boleh Main Boneka tapi Ada Tahapannya

Kompas.com - 09/09/2013, 16:43 WIB
Wardah Fazriyati

Penulis

KOMPAS.com - Jangan sepelekan mainan anak-anak usia 0-5 tahun. Karena lewat bermain dan dengan memilih mainan tepat sesuai usia, orangtua bisa memantau tumbuh kembang anak. Oleh sebab itu, orangtua perlu menyediakan mainan anak yang bisa membantu stimulasi tumbuh kembang, termasuk boneka misalnya.

Boneka bukan hanya mainan anak perempuan. Orangtua juga perlu mengenalkan boneka pada anak laki-lakinya. Mengapa?

Merujuk pada Psikolog Perkembangan Anak dan Play Therapist, Mayke S Tedjasaputra, psikolog Rika Ermasari, S.Psi, Ct, CHt dari Brawijaya Women and Children Hospital mengatakan alat permainan anak sebaiknya lintas gender. Jadi, semestinya boneka tak hanya menjadi mainan anak perempuan.

Anak laki-laki tetap butuh bermain boneka, terutama pada usia empat tahun. Karena pada usia ini, anak-anak sedang bermain peran atau bermain imajinatif. Boneka merupakan salah satu alat bermain yang membantu anak memenuhi kebutuhannya bermain peran ini.

"Tidak apa-apa anak laki-laki main boneka, ada tahap pelan-pelan melepaskannya," ungkap Rika, saat talkshow parenting di Brawijaya Women and Children Hospital, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Orangtua semestinya tak perlu merasa khawatir jika anak laki-laki senang bermain boneka. Rika menjelaskan ada masanya anak laki-laki tidak akan lagi bermain boneka. Ini juga terkait dengan peran orangtua yang sebaiknya menyediakan permainan sesuai usia dan tahapan tumbuh kembang anak.

"Penyediaan materi sebaiknya diatur sesuai aturan dalam stimulasi tumbuh kembang anak. Saat anak merasa bosan dengan permainan tertentu, sediakan permainan lain sesuai usia dan aturan tahapan tumbuh kembangnya," ungkap Rika.

Kalau pun orangtua masih merasa khawatir jika anak laki-lakinya bermain boneka, Rika menyarankan berikan pilihan boneka yang bervariasi. Misalnya boneka karakter binatang atau boneka anak laki-laki.

Menurut Rika, justru dengan permainan lintas gender, anak laki-laki bisa lebih mudah beradaptasi saat ia tumbuh besar nanti. Membiasakan permainan lintas gender kepada anak sejak belia juga memengaruhi kemampuan sosialnya. Anak laki-laki akan merasa lebih nyaman saat berbaur dengan anak perempuan. "Mereka tidak mengalami masalah dengan lawan jenis nantinya," imbuh Rika.

Begitu pun saat di sekolah, anak-anak biasanya menjalani pembagian tugas membersihkan kelas. Anak laki-laki akan lebih mudah menjalankan tugas ini. Misalnya, saat diberi tugas mengepel, anak laki-laki takkan merasa sungkan karena tak merasa pekerjaan tersebut adalah tugasnya anak perempuan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com