Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/09/2013, 13:09 WIB

Kompas.com — Satu lagi alasan orangtua mencukur  bayinya, yaitu agar si kecil memiliki rambut lebat dan tebal. Padahal, sampai sekarang belum ada referensi kesehatan yang merujuk adanya kaitan cukur rambut dengan ketebalan rambut.

Ini karena lebat dan tebalnya rambut manusia tergantung pada folikel rambut yang dipengaruhi faktor genetik dan gizi. Jadi jika jumlah folikelnya sedikit, digunduli berapa kali pun, rambut anak tidak akan lebat.

Folikel adalah selubung akar rambut, terbentuk sejak dalam kandungan dan terus berkembang hingga anak dilahirkan dan tumbuh besar. Jumlah folikel inilah yang menentukan lebat tidaknya rambut dan biasanya banyak dipengaruhi faktor genetik, yang tak sebatas ayah-ibu tapi juga bisa dari kakek-nenek.

Lingkungan juga sangat berperan terhadap tekstur rambut. Sering terpapar sinar matahari atau polusi juga akan membuat rambut jadi kering dan kusam.

Selanjutnya, pertumbuhan rambut yang sehat dipengaruhi oleh faktor gizi dan lingkungan. Anak yang kurang gizi bisa dilihat dari pertumbuhan rambutnya yang  tipis dan merah. Meski begitu, ada juga tekstur rambut yang pembawaannya memang sudah lemas, tipis, dan merah meski sebetulnya tidak mengalami kekurangan zat gizi tertentu.

Untuk mengoptimalkan kesehatan rambut si kecil, selama ia tetap terlihat nyaman, boleh saja orangtua memanfaatkan minyak kemiri, minyak santan, atau tonik rambut khusus bayi.

Hanya saja, minyak dapat membuat kulit kepala bayi lengket dan kotor. Karena itu, ada baiknya rambut bayi dicukur plontos agar mudah dibersihkan kembali. Gosok dan pijat lembut kulit kepalanya agar  peredaran darah di kepala menjadi lebih lancar dan mulut folikel menjadi lebar untuk menyerap zat gizi yang diberikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com