Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/10/2013, 11:23 WIB

Kompas.com- Bagaimanakah menghadapi suami yang egois, suka marah dan curiga. Setiap kali kami bertengkar, suami selalu memutarbalikkan fakta dan selalu mengungkit masalah yang tidak pernah saya lakukan. Ia juga sering menyamakan tingkah laku rekan-rekan kerjanya yang berselingkuh. Sikapnya sering menghina saya, merendahkan, bahkan terkadang saat marah ia memukul dan menendang.
 
Di depan anak ia tega melakukan itu. Dia tidak mau disalahkan dan diingatkan. Sebagai seorang istri kan saya harus waspada, misalnya jika suami terlalu dekat dengan teman-teman sekolahnya. Walau selama ini belum terjadi apa-apa, tapi perlakuannya kepada teman-temannya sangat istimewa dan menyakitkan hati saya. Pada istrinya saja ia tidak berbuat seperti itu.
 
Selama ini saya sudah sabar walau menyakitkan. Satu hal lagi, ia selalu membantu keuangan keluarganya, tapi tidak dengan keluarga saya ia tidak mau membantunya. Padahal saya juga punya andil dalam mencari nafkah, tapi semua yang mengatur suami. Kalau mengungkit masalah keluarga ia akan marah dan tidak mau harga diri keluarganya dipermasalahkan. Mohon solusinya bu karena saya masih sayang suami dan anak-anak.

Nanik (33)
 
Mbak Nanik yang luar biasa,

Saya bisa merasakan perasaan Mbak sekarang. Menghadapi suami sendiri yang tega berbuat semena-mena bahkan memukul dan menendang Mbak ketika dirinya marah adalah sebuah kondisi yang sangat tidak bisa ditolerir. Ia sudah melakukan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) kepada istrinya sendiri yang tentunya tidak bisa diterima dengan alasan apapun itu.

Jadi, tindakan terbaik apakah yang dapat Mbak lakukan untuk menghadapi situasi yang seperti ini? Pertama, ajaklah suami Anda berbicara dari hati ke hati. Saya tahu dan yakin Anda sudah melakukannya, bahkan berkali-kali. Tetapi tidak ada salahnya bukan, jika Anda melakukannya lagi.

Hanya saja, kali ini lihatlah dulu situasi dan kondirinya. Pastikan suasana hatinya sedang senang. Hindari membicarakan keuangan khususnya mengapa ia membantu keluarganya, tetapi tidak mau membantu keluarga Anda. Padahal Anda pun ikut mencari nafkah. Karena hal ini akan memancingnya marah dan berujung pada kekerasan fisik kepada Anda.

Tanyakan kepadanya, apa yang ia rasakan saat memukul Anda. Katakan betapa hati dan fisik Anda sangat menderita karenanya. Dan betapa ia tidak pantas melakukannya. Sebagai kepala keluarga, adalah kewajiban dia melindungi Anda dan bukan melakukan kekerasan fisik.

Tanyakan juga kepadanya, sampai kapan ia akan bersikap seperti ini? Katakan kepadanya, betapa sikapnya ini tidak hanya menyakiti Anda, tetapi juga menyakiti hati anak-anaknya. Karena mereka menyaksikan sikapnya yang kasar dan semena-mena itu. Sikapnya ini sangat berdampak buruk pada perkembangan jiwa anak Anda.

Ajaklah ia berubah. Ajaklah berkonsultasi dengan psikolog. Ini guna menemukan penyebabnya serta mencari jalan keluarnya. Karena bisa jadi sikapnya ini disebabkan oleh masa lalunya, yang mendorongnya menjadi seorang pemukul. Meskipun tentunya sikapnya itu tidak bisa ditolerir.

Bicaralah kepada keluarganya terutama kedua orang tuanya akan sikap dan perilaku putranya. Harapannya adalah agar suami Anda berubah. Bicaralah juga kepada keluarga Anda, dalam hal ini kedua orang tua Anda akan sikap dan perilaku  suami Anda yang kasar dan pemukul itu.

Kedua, hindari membicarakan hal-hal yang bisa menyulut kemarahannya. Saya tahu ini berkesan tidak adil karena Anda merasa terampas haknya karena tidak memiliki kebebasan berpendapat. Ini untuk mengurangi sikap kasarnya yang tega memukul bahkan menendang Anda.

Ketiga, pikirkan kembali akan tujuan Anda dalam membina rumah tangga yang sebenarnya. Bahwa sebuah keluarga akan  mencapai kebahagiaan manakala masing-masing pasangan berusaha untuk saling men-support, mendampingi dan melindungi. Dan jika salah satu pasangan tidak bisa menjalankan fungsinya, dalam hal ini suami Anda, maka kebahagiaan itu tidak akan Anda dapatkan. Begitu juga anak-anak Anda.

Pertanyaannya, sampai berapa lama Anda harus menanggungnya? Jika ia tidak juga merubah sikapnya, ada baiknya Anda mulai memikirkan untuk berpisah darinya. Saya tahu ini pilihan yang pahit dan berat bagi Anda. Hanya saja Anda dan anak-anak Anda sangat berhak untuk hidup bahagia.

Jika masalah ekonomi adalah halangan yang membuat Anda takut berpisah darinya karena Anda merasa belum bisa mandiri secara ekonomi, maka sebaiknya Anda mulai mempersiapkan kemandirian ekonomi Anda sebelum berpisah darinya.

Percayalah, Allah selalu bersama Anda. Anda tidak pernah sendirian. Bicaralah dengan keluarga Anda, terutama kedua orang tua maupun kakak dan adik Anda tentang kemungkinan terburuk Anda jika suami Anda tidak berubah. Bukankah hidup harus terus melangkah? Selamat melangkah ya. Kabari saya perkembangan Anda. Bismillah, Allah memberi jalan keluar yang terbaik untuk Anda dan anak-anak tercinta.

 
Ainy Fauziyah, CPC
Leadership Coach & Motivator
Penulis Buku Best Seller ‘Dahsyatnya Kemauan’
www.ainyfauziyah.com
www.ainymotivationclass.com       


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com