Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/12/2013, 14:28 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

KOMPAS.com - Menjadi seorang ibu memang tak mudah. Anda tak hanya punya kewajiban terhadap pekerjaan (jika ibu bekerja), tapi juga harus mengurus anak dan suami, serta harus mengontrol emosi. Tetapi sebagai manusia, terkadang kita juga lepas kendali sehingga memarahi atau membentak si kecil.

Psikolog Matthew McKay, PhD mengungkapkan bahwa memukul atau memarahi anak dengan kata-kata kasar sebaiknya dihindari karena bisa menyebabkan kerusakan jiwa anak-anak.

"Penelitian mengungkapkan bahwa orangtua yang terlalu banyak mengekspresikan kemarahan di depan anak, akan menyebabkan anaknya memiliki jiwa yang kurang empati. Anak akan menjadi lebih agresif dan tertekan, bersikap buruk di sekolah. Kemarahan orangtua akan merusak kemampuan anak untuk beradaptasi dengan dunia," ungkap McKay.

McKay mengungkapkan bahwa marah sebenarnya wajar, namun yang terpenting adalah bagaimana cara agar anak bisa menangkap pelajaran penting dari kemarahan Anda.

Sebuah penelitian dari University of New Hampshire menemukan bahwa 90 persen orangtua pasti pernah marah dan berteriak kepada anak-anak mereka setiap tahunnya.

Namun saat melihat anak mulai menangis, hati keibuan yang lembut dan pertahanan ketegasan Anda pun langsung runtuh. Anda langsung merasa menjadi ibu terburuk di dunia dan menyesali kemarahan Anda. 

Sebenarnya ada banyak cara untuk mengendalikan emosi, simak apa yang disarankan para ahli berikut ini:

1. Sandra P. Thomas, PhD, Professor dari University of Tennessee mengungkapkan, "Saat merasa marah, cobalah untuk memvisualisasikan anak-anak kembali menjadi bayi," katanya. Ia menambahkan bahwa anak-anak (balita atau remaja) tidak lagi menggemaskan seperti bayi. Bahan mereka cenderung bisa sangat menjengkelkan. Oleh karena itu, membayangkan anak-anak saat bayi bisa membuat emosi Anda jadi reda dan berpikir lebih baik.

2. Jangan mudah terpancing dengan kemarahan. Jika merasa kesal dengan anak-anak, ambillah waktu untuk beristirahat. "Anda bisa mengambil waktu istirahat dan keluarlah dari ruangan itu. Bahkan walau hanya 1-2 menit saja," papar psikolog, Laura J. Petracek, PhD, penulis The Anger Workbook for Women. Kuncinya adalah memberi jarak literal dari situasi penuh kemarahan dan memulihkan rasa tenang.

3. Kalau emosi sudah tak bisa terbendung lagi dan harus berakhir dengan kemarahan, maka jangan menyalahkan anak dan menjadikan mereka alasan sebagai pemicu emosi. Jangan ragu untuk meminta maaf setelah membentak mereka. "Katakan saja bahwa Anda sangat kecewa dengan kecerobohan mereka, namun Anda tak seharusnya membentaknya seperti itu," satan Sandra Thomas.

Tetapi, jangan berlebihan saat meminta maaf karena ini akan membuat anak merasa jadi korban Anda. Anda hanya perlu berjanji untuk mencoba yang terbaik dan tidak melakukannya lagi, asalkan si kecil juga tidak mengulang kesalahannya. Hibur anak secukupnya dan lanjutkan aktivitas.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com