Ternyata, ketidakbahagiaan dalam pernikahan yang dirasakan para wanita tersebut karena mayoritas pernikahan, bahkan di negara maju, masih mengikuti pembagian peran yang bersifat tradisional. Yakni, para pria mencari nafkah dan tugas utama wanita adalah mengurus rumah tangga, meski ia juga bekerja.
Tugas ganda yang diemban para ibu bekerja itu, menjadi pencari nafkah utama dan juga bertanggung jawab pada urusan domestik dan anak, membuat para ibu bekerja mengalami stres.
Meski para ibu bekerja memiliki banyak faktor kebahagiaan dalam hidupnya; pekerjaan, pernikahan, anak-anak, jaringan kerja, dan juga hobi, tetapi banyaknya hal yang harus ia pikirkan dalam waktu bersamaan membuat mereka terkadang merasa lelah dan kurang bahagia.
Menurut Sandra Shpilberg, penulis dan juga aktivis bidang perempuan, sebenarnya yang diperlukan para ibu bekerja adalah dukungan emosional, keintiman dan ikatan yang kuat.
Memang kita kerap melihat para ibu bekerja sebagai "super woman" yang mampu melakukan segalanya, tetapi mereka membutuhkan dukungan. Terkadang, mereka juga perlu diperhatikan, didukung, dan perannya sebagai perencana dan pengambil keputusan di rumah digantikan, sesekali.