Ilmuwan tekstil Cornell Juan Hinestroza dan rekan-rekannya mengungkapkan bahwa mengenali tas palsu memang sulit jika dilakukan dengan mata telajang. Namun, nanoteknologi yang dikembangkannya akan sangat bermanfaat untuk menentukan keaslian tasnya.
Hinestroza menggunakan metode yang tak terlihat mata. Namun ketika perangkat magnet nanoteknologi digunakan untuk memindai sebuah tas, alat tersebut akan memberikan informasi tentang asal-usul tas dan siapa yang membuatnya.
Alat ini lebih mirip pemindai sehingga para desainer harus memasukkan data-data atau data tertentu ke dalam barcode. Namun, barcode tentunya akan hilang setelah pembeli melakukan transaksi. Nah, untuk mengantisipasinya, tanda pengenal khusus ini bisa dikenali lewat tanda tangan khas di badan tas.
"Anda bisa membuat sebuah tanda tangan khusus di tas (misalnya G pada Gucci), dan melapisinya dengan serat kapas yang mengandung nanopartikel metal, seperti barcode," ungkap dr Ken Kuno, salah satu ilmuwan dari University of Florida.
Para ilmuwan berharap bahwa alat verifikasi tas ini akan membuat jera para pemalsu tas-tas bermerek, seperti Gucci, Prada, atau Fenci. Memang tak bisa dimungkiri kalau industri pemalsuan di dunia fashion ini sangat menguntungkan. Menurut Organisasi Kepabeanan Dunia, hampir 10 persen barang palsu masuk ke dalam perdagangan di seluruh dunia, dan keuntungannya bisa mencapai 500 miliar dollar AS per tahunnya.
Sampai saat ini Pemerintah AS masih berupaya untuk menekan pertumbuhan pemalsuan barang-barang fashion, khususnya tas. Hanya, hal tersebut masih sulit dilakukan secara visual karena nyaris sama.
Sampai saat ini, menurut The Guardian, tas-tas yang paling banyak dipalsukan adalah tas-tas dari Burberry, Gucci, Louis Vuitton, dan Yves Saint Laurent.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.