Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/01/2014, 14:47 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

KOMPAS.com — Perempuan dan obsesinya akan kesempurnaan fisik memang selalu menarik untuk dibahas, mulai dari terlalu gemuk, terlalu kurus, payudara terlalu kecil, pinggul terlalu besar, dan masalah lainnya. Alhasil tubuh pun jadi pusat keluhan akan segala kekurangan dalam hidup.

Namun, pernahkah Anda berpikir kalau semua keluhan dan perlakuan yang Anda tujukan pada tubuh bisa menyakiti diri Anda sendiri? Padahal meski sering kali menjadi obyek ketidakpuasan dan terus didera dengan berbagai macam keluhan, tubuh Anda tetap mendukung segala aktivitas Anda selama ini. Tapi apa balasan Anda terhadap tubuh? Andai saja tubuh bisa mendengar permintaan maaf Anda.

"Dear tubuhku,

Aku mengenalmu seumur hidupku, dan selama ini kita telah mengalami pasang surut kehidupan bersama bukan? Aku minta maaf untuk setiap ucapan jelek mengenai bahwa aku tak menyukai bentukmu. Aku minta maaf karena sering membuatmu kelaparan dengan sengaja dan membuat beberapa bagianmu jatuh sakit. 

Aku pun juga minta maaf karena setiap hari selalu menelan pil pelangsing, yang berakibat buruk pada bagian dalammu. Aku meminta maaf karena sering menyakitimu, mencubit, menghilangkan, dan mengubah tampilan aslimu dengan beragam operasi yang menyakitkan. 

Kamu sudah memberiku bentuk pinggul yang besar, payudara, paha, dan perut dengan segala manfaatnya. Walaupun pada satu titik aku sering membencimu karena hal bentukmu yang tidak ideal. Maafkan aku karena ternyata tumbuh dewasa tidak semudah yang mereka tulis dalam artikel dan buku dan semua yang aku katakan serta lakukan kepadamu, semata-mata karena rasa takut akan pandangan orang lain tentang dirimu dan penampilanku. 

Ketika aku hanya memiliki payudara yang kecil, aku merasa tidak sempurna sebagai seorang perempuan. Maksudnya, aku sudah dewasa, tetapi kenapa aku tak punya payudara yang berisi seperti perempuan lainnya?

Namun, aku sadar bahwa aku seharusnya mengasihimu bukan mencelamu. Aku pun belajar untuk menerima bahwa semua tubuh itu berbeda, termasuk ukuran payudara. Maaf aku membiarkan opini orang lain mengubah cara pandangku terhadapmu. Aku minta maaf karena membiarkan pendapat orang lain membuatku kesal dan lagi-lagi melampiaskannya kepadamu, tubuhku. Padahal aku tahu kalau pendapatku adalah yang paling penting, bukan orang lain. Kamu adalah tubuhku, maka yang paling penting adalah bagaimana pendapatku, bagaimana aku merawatmu, dan apa yang kuberikan untukmu. 

Aku harusnya sadar, bahwa aku dicintai keluargaku, teman-teman, dan pasanganku dengan kondisi tubuhku apa adanya. Maka saat aku tidak bisa mencintai diri sendiri, maka aku menutup diri dari cinta itu. Inilah alasan lainnya mengapa aku harusnya mencintai tubuhku, yaitu karena aku dikelilingi dengan cinta dari orang lain. Aku mencoba untuk menutup telinga tentang keluhan pada ukuran, bentuk, dan kebiasaan makan. Aku hanya perlu mendengarkan apa yang benar-benar penting. 

Tubuhku, aku ingin berterima kasih karena kau sudah begitu kuat menerima semuanya selama ini. Kaki gemukku, terima kasih karena sudah membuatku bisa berjalan berkilo-kilometer. Pinggul lebarku, kamu nantinya yang akan memudahkanku saat persalinan kelak. Bekas luka di tubuh karena mengingatkanku bahwa masa lalu itu sudah lewat dan bisa memetik pelajaran dari semua hal itu."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com