Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/07/2014, 11:28 WIB
Wardah Fajri

Penulis

KOMPAS.com - Sembako Ramadan, demikian nama program donasi komunitas berbasis sosial media yang digagas oleh Sekar Sosronegoro. Lewat Sembako Ramadan, Sekar dan para sukarelawan, mengajak masyarakat untuk mendonasikan sejumlah uang melalui celengan ayam yang tersedia di sejumlah restoran. Dana yang terkumpul sepanjang Ramadhan akan dibelanjakan sembako untuk kemudian dibagikan kepada keluarga miskin di Jakarta dan sekitarnya.

Sekilas, program donasi semacam ini tak berbeda dengan kebanyakan kegiatan sosial, apalagi sepanjang Ramadhan. Namun ada hal unik di balik gerakan sosial ini. Sembako Ramadan digaungkan Sekar dan para relawan lewat media sosial dengan mengangkat kampanye antirokok. Gerakan ini sekaligus menyindir para perokok untuk berhitung dan mengusik rasa pedulinya untuk "menukar" uang rokok dengan sembako.

"Sembako Ramadan sasaran utamanya perokok, mengajak perokok menukarkan sisa uang rokok sepanjang Ramadhan dengan sembako. Ini merupakan kampanye antirokok dengan cara halus, dengan sindiran, tamparan. Uang Rp 200.000 yang biasa dibelikan rokok bisa untuk makan satu keluarga selama seminggu," kata Sekar saat jumpa pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sekar mengajak berhitung. Perokok berat bisa menghabiskan satu bungkus rokok sehari. Namun selama berpuasa, jumlahnya berkurang menjadi satu bungkus untuk dua hari. Misalkan pengeluaran perokok berat untuk kebiasaan seperti ini mencapai Rp 500.000 sebulan, selama berpuasa pengeluaran lebih hemat menjadi Rp 200.000. Nah, selisih Rp 300.000 yang biasa "dibakar" untuk merokok bisa didonasikan lewat Sembako Ramadan.

"Uang 200-300 ribu bisa jadi satu paket sembako. Uang 100 ribu bisa membeli enam item untuk makan satu keluarga berisi empat orang, selama satu minggu. Dengan seratus ribu rupiah, satu keluarga bisa hidup seminggu," tutur Sekar.

Menurut Sekar, tujuan utama kegiatan ini bukan untuk kampanye stop rokok. Belum tentu para perokok bisa langsung berhenti merokok dengan sindiran halus gerakan ini. Sekar mengatakan, gerakan ini lebih ingin mengajak para perokok atau siapa pun untuk berhitung. Setiap kali kita membelanjakan sesuatu, kita kerap tak menghitungnya. Rokok hanya salah satu contohnya. Berapa banyak uang dibelanjakan untuk sesuatu yang dibakar. Padahal dengan uang tersebut, seseorang bisa membantu keluarga miskin untuk bisa makan seminggu.

"Kegiatan ini akan selalu ada setiap tahun, jadi seperti tamparan setiap tahun untuk kita semua. Jadi sebenarnya kami tidak mengharapkan sebuah perubahan besar," kata Sekar.

Untuk menggalang dana, gerakan ini telah bekerjasama dengan sejumlah restoran dan The Body Shop. Jadi, kalau Anda datang ke restoran Holycow misalnya, perhatikan celengan ayam yang tersedia di sana. Dengan memasukkan sejumlah uang ke dalam celengan ayam tersebut, Anda telah berdonasi untuk memberi sembako kepada keluarga miskin. Selain itu, kalau Anda suka berbelanja di The Body Shop, Anda juga bisa menyumbangkan uang lewat donasi kasir di 40 toko di Jakarta dan Tangerang hingga 15 Juli 2014.

Cara lain untuk ikut gerakan ini adalah dengan menjadi relawan dan ikut menggaungkan slogan Sembako Ramadan, yakni Saatnya Membuat Uang Rokokmu Bermanfaat Untuk Hidup Orang Banyak!

Tahun lalu, gerakan yang mempertemukan sisa uang rokok para perokok dengan kebutuhan pokok orang miskin ini berhasil membagikan 1.700 paket sembako yang diantarkan dalam tas non-plastik ramah lingkungan. Harapannya, gerakan ini dapat mengetuk hati dan membuat perokok berpikir dua kali saat akan membelanjakan uangnya untuk rokok. Apalagi jumlah perokok di Jakarta tak sedikit, 35 persen dari jumlah penduduk Jakarta (data 2008). Selain itu, data juga menunjukkan bahwa dari 25 jenis pengeluaran rumah tangga, rokok menempati urutan kedua setelah beras.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com