Meski begitu, dalam pantauan Kompas Female, animo warga Jakarta berburu diskon di pusat belanja di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan, tak seramai obrolan di dunia maya. Apakah diskon tak lagi menarik bagi warga Jakarta khususnya?
Perencana keuangan dari Keluarga Harmoni, Freddy Pieloor, mengatakan ada beberapa sebab kalau benar animo masyarakat tak terlalu tinggi terhadap penawaran diskon pemilu ini.
"Saya juga mendapatkan info penawaran lewat ponsel, tapi saya lebih memilih di rumah, mengikuti quick count Pilpres," katanya saat dihubungi Kompas Female, Rabu (9/7/2014).
Di luar ketertarikan orang yang lebih tinggi terhadap perkembangan Pilpres, Freddy mengatakan penawaran diskon memang perlu disikapi lebih hati-hati.
Menurutnya, penawaran diskon Pemilu sama seperti diskon pada umumnya. Bagi orang berpenghasilan, penawaran semacam ini perlu dipahami lebih baik. Apakah yang ditawarkan tersebut memang sedang kita butuhkan atau tidak.
"Penawaran baik boleh saja tapi kalau tidak sesuai kebutuhan, kita bisa lebih cerdas, kritis menyikapinya, apakah penawaran tersebut dibutuhkan saat ini. Kalau memang ada janji dengan klien, penawaran dari kafe memberikan diskon pembelian tertentu, bisa saja dimanfaatkan," katanya.
Kalau penawaran kurang diminati, bisa jadi sebagian orang mulai memahami bagaimana harus mengkritisinya. Faktor lainnya, timingnya bisa jadi kurang tepat.
"Waktu belanja diskon itu di bulan puasa, dan esok harinya orang akan kembali kerja. THR juga belum muncul. Penawaran tak bisa dimanfaatkan karena timing kurang tepat," tuturnya.
Alih-alih belanja diskon yang belum tentu jadi kebutuhan, Freddy mengatakan, sebagian orang mungkin akan berpikir lebih baik di rumah mengikuti hitung cepat Pilpres. Pasalnya, antusiasme rakyat sedang tinggi dan perhatiannya lebih besar kepada Pilpres dibandingkan hal lainnya.
Bagaimana dengan Anda? Dari banyaknya informasi, broadcast mengenai diskon Pemilu, apakah Anda menanggapinya, sengaja berburu diskon atau memilih di rumah menyaksikan perkembangan Pilpres dari layar kaca?