Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Gaun Pengantin Berwarna Putih? Ini Sejarahnya

Kompas.com - 23/08/2014, 12:00 WIB

KOMPAS.com - Ketika Anda berpikir tentang sebuah pernikahan, pasti akan langsung tertuju pada "bintang" pada hari spesial itu. Ya, dialah sang pengantin wanita. Gaun yang dikenakan pengantin wanita pasti menjadi sorotan seluruh undangan. Namun, siapa yang pernah berpikir tentang sejarah di balik gaun khusus itu? Mengapa mempelai wanita masa kini cenderung memilih warna putih untuk gaun pengantin?

Pada abad pertengahan, misalnya, pengantin wanita memilih gaun berwarna pelangi dalam berbagai nuansa seperti kuning, oranye, dan merah. Pada saat itu, pernikahan berfungsi sebagai aliansi antara keluarga, bisnis, atau negara. Oleh karena itu, pengantin diharapkan untuk berbusana sesuai status sosial mereka.

Perempuan dari keluarga kaya mengenakan gaun yang berani, bergaya kuno, dan warna-warni. Hiasan bulu-bulu biasanya dipakai oleh pengantin kaya. Sementara pengantin miskin cukup mengenakan sunday best dress, atau gaun yang biasa dipakai untuk ke gereja. 

Gaun pernikahan berwarna putih pertama kali dipakai oleh adalah Princess Philippa dari Inggris, pada tahun 1406. Namun setelah itu pun, gaun putih masih sangat jarang dipakai.

Pada tahun 1500-an, biru adalah warna yang dominan, dengan bagian leher tertutup dan menggunakan ornamen yang sangat langka. Pada tahun 1600, tren bergulir menjadi gaun merah. Pada tahun 1700-an, nuansa warna ungu, pink, dan violet beserta korset dalam nuansa pastel pucat merupakan hal yang sangat modis.

Putih kembali menjadi andalan untuk gaun pernikahan setelah tahun 1840. Pernikahan Ratu Victoria dengan Albert dari Saxe-Coburg memiliki pengaruh yang besar dalam hal ini. Victoria memilih warna putih karena dia ingin membuktikan, dia dapat memimpin rakyatnya menuju penghematan. Sebab, saat itu, putih adalah warna yang paling murah, karena tidak perlu menggunakan pewarna untuk melukis kain. Selain itu, Ratu memiliki alasan lain, yakni tidak ingin mengubah renda putih yang sudah dipesan.

Setelah itu, meski banyak pengantin terus berpakaian dalam warna lain, Ratu telah meluncurkan sebuah tren yang secara bertahap menjadi trademark gaun pengantin pada hari ini.

Tak seperti perkiraan orang, gaun putih bukanlah suatu perlambang kesucian. Di era ini, lebih dari 75% gaun pernikahan berwarna putih. Namun, dibanyak negara, putih bukanlah warna keberuntungan.

Di Tiongkok, sebuah gaun pernikahan boleh berwarna lain selain putih. Pasalnya, bagi warga Tionghoa, putih melambangkan kesedihan dan kemalangan. Dikatakan bahwa ketika pengantin memilih untuk memakai baju putih, itu artinya orangtua mempelai menentang pernikahan itu.

Lain lagi, di India, dapat diterima untuk mengenakan gaun pengantin putih, hanya jika diberikan aplikasi warna yang berbeda. Sebab, gaun putih menyeluruh dipercaya dapat mendatangkan ketidakbahagiaan. (Wikkianto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com