Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/10/2014, 11:49 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

KOMPAS.com — Batik, warisan budaya leluhur Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO, seiring waktu hingga sekarang terus berkembang dari sisi kreasi dan promosi. Sekarang, batik bukan hanya bagian dari warisan budaya, melainkan juga tren mode yang terus bergulir setiap musim.

Seperti yang kita ketahui bahwa bisnis berjalan ketika gagasan tren diterima dengan baik oleh pasar. Selanjutnya, industri pun menciptakan peluang-peluang bisnis untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut.

Mengenai hal tersebut, dalam acara pameran batik kuno dan peluncuran buku Batik Pesisir Selatan Jawa Barat oleh Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) dan Galeries Lafayette bertempat di Galeries Lafayette, Pacific Place, Jakarta Selatan, Ketua Umum YBJB Sendy Dede Yusuf mengatakan bahwa kini batik bukan lagi sekadar kebudayaan, melainkan juga pengembangan usaha kecil menengah (UKM) dan bisnis. Untuk membuat batik menjadi go international, batik harus dikembangkan sesuai selera pasar dan kekinian.

Serupa dengan pernyataan Sendy, Ledie, pendiri sekaligus pemilik dari brand batik dan bordir asal Jawa Barat, Wonderful, mengatakan bahwa kini batik bukan lagi sebatas yang dikenakan pada acara resmi saja, melainkan sudah menjadi kebutuhan khusus, seperti busana kerja ataupun kasual.

Semenjak dibuka pada awal tahun 2000, Ledie mengaku penjualan batik Wonderful kian menanjak. Rahasia eksistensi bisnisnya adalah inovasi yang selalu disesuaikan dengan selera pasar. Menurut dia, selera pasar kini semakin beragam.  

"Untuk selera pasar sekarang masyarakat lebih menyukai batik yang ready to wear, tergantung kebutuhan, seperti ibu-ibu lebih menyukai pakaian batik yang formal dan terkesan mewah, tetapi untuk pekerja kantoran atau anak muda, lebih memilih batik yang simpel tapi tetap indah dilihat."

Untuk target pasar Wonderful Batik dan Bordir lebih berfokus pada pangsa pasar lokal, tetapi Ledie tetap berusaha memperkenalkan batik keluar negeri melalui rangkaian pameran. Sebab, untuk pameran di luar negeri, batik ready to wear justru masih sepi peminat dan mereka lebih menganggap batik sebagai suatu karya seni. Berbeda dengan negara pemakai batik, seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei, yang memang menyukai batik ready to wear.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com