Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang Anak Perempuan Peroleh Pendidikan Jadi Minim karena Menikah Muda

Kompas.com - 12/10/2014, 12:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


KOMPAS.com -
Tidak sedikit anak perempuan di Indonesia yang terpaksa menikah di usia yang masih sangat belia. Padahal, mereka masih harus memperoleh pendidikan yang layak agar mampu mewujudkan masa depan yang baik.

"Garis hidup perempuan masih banyak ditentukan oleh kondisi pemahaman jender di negara mana ia dilahirkan. Di Indonesia, banyak perempuan yang terpaksa menikah di usia anak, karena undang-undang perkawinan masih membenarkannya," kata Country Director Plan International Indonesia Mingming Remata-Evora dalam acara Peringatan Hari Anak Perempuan Sedunia, Jumat (10/10/2014).

Oleh karenanya, Mingming mengungkapkan, Plan International Indonesia mendukung perubahan yang terkait persoalan jender, yang mana dalam banyak kasus anak perempuan belum mendapatkan posisi setara dengan anak laki-laki.

Plan International Indonesia juga mendukung upaya judicial review Undang-undang (UU) Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan. Dalam UU tersebut, batas menikah perempuan adalah 16 tahun, ini dinilai tak sejalan dengan semangat konstitusi yang menjamin pendidikan dan kesehatan setiap warga negara.

Dengan batasan usia 16 tahun menikah bagi anak perempuan, maka peluang ia sebagai anak untuk memperoleh pendidikan lebih tinggi menjadi berkurang. Menurut riset Plan Indonesia, pada tahun 2011, 33,5 persen anak usia 13 hingga 18 tahun pernah menikah. Rata-rata mereka menikah di usia 15 atau 16 tahun.

Hampir semua perempuan yang menikah di usia muda tidak lagi dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Dalam laporan Bank Dunia, Indonesia berhasil memperkecil ruang batas jender di beberapa area kunci, seperti misalnya kesehatan. Angka kematian ibu melahirkan menurun.

Berdasarkan indeks Social Institution and Gender Index (SIGI), posisi Indonesia naik dari urutan 55 dari 102 negara pada 2009 menjadi 32 dari 86 negara pada 2012.

"Namun demikian, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk menghilangkan gap gender, sehingga anak perempuan bisa diperlakukan setara dengan anak laki-laki," sebut Mingming.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com