Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa saat Remaja Wanita Lebih Suka "Nge"-geng?

Kompas.com - 13/11/2014, 14:06 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

KOMPAS.com -- Film pendek komersial yang terinspirasi dari karya sinema “Ada Apa Dengan Cinta”, belakangan ini menjadi topik hangat di antara pengguna media sosial. Sontak, pikiran mereka yang menonton, terutama generasi 90-an pun jadi bernostalgia ke masa-masa SMU dahulu.

Salah satu tren gaya hidup yang umum ditemukan pada anak-anak SMU, baik dulu hingga sekarang, adalah kebiasaan main berkelompok atau nge-geng.

Menurut Daniel McFarland, penulis dari A New Paper on High School Cliques sekaligus professor pendidikan di Stanford Geraduate School of Education, hal ini disebabkan oleh insting alami dari remaja yang membagi diri mereka ke dalam suatu pengelompokan dan hirarki.

Kemudian, McFarland lanjut mengatakan, hal ini terbentuk bukan karena sifat dasar siswa tetapi lebih kepada cara bersosialisasi di sekolah. Ukuran gedung sekolah, tingkat keberagaman sosial, dan cara pendidik memperlakukan siswanya,  jadi membagi para siswa untuk membangun hubungan persahabatan satu sama lain. Nah, persahabatan ini pun biasanya berlandaskan kesamaan sifat dan tujuan.

Di sekolah yang memiliki gedung lebih besar, dengan tingkat keberagaman yang lebih besar, membuat sebagian siswa berpikir bahwa kelompok pertemanan dibedakan dari tingkat sosial ekonomi.

Nyatanya, McFarland menjelaskan bahwa di bangku SMA para siswa mencari pertemanan yang tulus dan menawarkan mereka sisi keamanan, dukungan, dan perlindungan, ketimbang melihat latar belakang keluarga atau tingkat sosial ekonomi siswa tersebut.

McFarland dan peneliti lainnya bertanya kepada siswa nama teman akrab mereka. Kemudian, mereka meneliti arah persahabatan dan strata popularitas orang tersebut di sekolah. Besarnya ukuran sekolah juga bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi sebuah kelompok pertemanan terbentuk. Sekolah yang mengelompokan siswanya dalam bagian akademis seperti di Indonesia contohnya, ketika siswa dibagi menjadi ilmu sosial dan ilmu alam, kelompok olahraga, atau ekstrakulikuler juga mempengaruhi sebuah kelompok pertemanan terbentuk.

Terakhir, McFarland mengatakan bahwa kita tidak perlu khawatir mengenai institusi sekolah, yang harus dipikirkan lebih mengenai bagaimana sekolah membentuk perilaku seseorang.

''Sekolah yang lebih kecil, dengan kelas yang lebih kecil secara tak langsung memaksa interaksi antar siswa yang memiliki latar belakang beragam. Berbeda dengan sekolah yang lebih besar, membuat seseorang dapat memilih teman dari hal pertama yang dilihat.  Manusia adalah mahluk sosial, tetapi kita juga dibentuk oleh lingkungan kita. Habitat kita membentuk kebiasaan kita,'' urainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com