Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu Lama “Jomblo”? Bisa Jadi Ada Gangguan Gen dalam Tubuh Anda

Kompas.com - 04/12/2014, 19:02 WIB
Silvita Agmasari

Penulis


KOMPAS.com –
Bagi wanita yang masih melajang, sebuah bentuk ketidakadilan bisa jadi berupa status hubungan yang berbeda dengan wanita lain. Bagaimana mungkin, wanita lain bisa dengan mudah gonta-ganti pasangan, tapi Anda masih juga sendiri? Apa yang salah?

Sejumlah ilmuwan di Beijing mengatakan bahwa alasan mengapa ada sebagian wanita yang lama melajang bisa jadi dikarenakan ada kesalahan pada DNA dan gen Anda.

Pasalnya, para ilmuwan telah menemukan sebuah “gen tunggal” atau singleton gene sebanyak 20 persen lebih tinggi pada mereka yang susah mencari pasangan.

Selanjutnya, Daily Mail melaporkan, studi yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Beijing ini menyimpulkan bahwa gen tersebut menurunkan kadar serotonin sehingga membuat seseorang merasa kurang nyaman dengan intimasi dalam hubungan.

Para ilmuwan menguji sampel rambut dari hampir 600 mahasiswa Tiongkok untuk melihat gen 5 - HTA1. Mereka menemukan, orang-orang dengan versi gen “G” cenderung berstatus lajang, dan 60 persen di antara mereka sedang tidak terlibat hubungan cinta dalam bentuk apapun. Mereka pada kelompok ini diketahui memiliki kesulitan dalam mempertahankan hubungan, padahal penampilan fisik mereka terbilang sangat menarik.

Kemudian, 50 persen mahasiswa lainnya diketahui memiliki versi gen “C” yang mengakibatkan mereka sulit membuka hati untuk dekat dengan orang lain. Selain itu, mereka yang tergabung dalam kelompok ini rentan merasa kesepian dan depresi.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa pesimisme dan neurotisisme dapat merusak pembentukan kualitas serta stabilitas hubungan. Nah, orang yang memiliki versi gen “G” dihubungkan dengan gangguan psikologis yang dapat menurunkan peluang berkencan sehingga sering gagal saat memulai hubungan.  

Dilansir dari situs news.com.au, penelitian ini perlu dilanjutkan dengan percobaan mendalam yang menghubungkan siswa-siswa terkait. Namun, para ilmuwan merasa tidak perlu karena sudah ada bukti kontribusi genetik terhadap hubungan sosial dalam konteks tertentu.

Ahli lainnya memperdebatkan hal tersebut dan mempertanyakan pentingnya gen. Mereka mengatakan pada Daily Mail bahwa manusia biasanya dapat mengatasi pengaruh DNA, untuk membuat suatu hubungan terus berjalan langgeng dan berakhir bahagia.

Bagaimana menurut Anda?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com